JAKARTA—Bali mengalami degradasi lahan maupun air seiring dengan semakin meningkatnya investasi berbasis lahan yang tak terkontrol sehingga berpotensi memicu kerawanan pangan.
Hal itu disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udaya, Denpasar dalam diskusi hari ini. KLHK menyatakan sumber daya alam Bali mengalami degradasi mengkhawatirkan karena perluasan investasi yang boros lahan.
"Penurunan jumlah lahan produktif akan terus terjadi seiring dengan semakin pesatnya investasi ketiadaan perlindungan atas sektor pertanian," demikian keterangan resmi KLHK dalam rilisnya, Kamis (2/4/2015). "Tidak terkontrolnya perluasan investasi lahan...seperti hotel, villa, lapangan golf, bisnis properti."
KLHK mencatat luas lahan persawahan mengalami penurunan, yakni sekitar 213 hektare dari total 80.997 hektare pada 2006. Sedangkan soal air, KLHK memprediksi Bali akan defisit air 27,6 miliar meter kubik per tahun pada 2015, atau meningkat dari 7,5 miliar meter kubik per tahun pada 2000.
Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana Denpasar I Wayan Arthana mengatakan pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pembangunan belum didasarkan pada daya dukung lingkungan. Dia menjelaskan daya dukung harus menjadi aspek yang harus dipertimbangkan.
"Untuk menghindarkan kemerosotan sumber daya alam lebih lanjut, perlu terus diingatkan bahwa daya dukung lingkungan sudah sangat mengkhawatirkan," kata Wayan.
Diketahui, sejumlah organisasi lingkungan maupun seniman menolak adanya reklamasi Teluk Benoa yang rencananya akan menjadi lokasi komersial dan bisnis. Namun, kalangan bisnis, di antaranya BUMN, tetap menginginkan adanya pembangunan di kawasan tersebut dengan alasan dapat menumbuhkan perekonomian.