Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusunami Sulit Direalisasikan di Jateng

Pengembangan rumah susun milik atau rusunami di Jawa Tengah dinilai belum dapat direalisasikan sebab harga patokan masih sulit dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SEMARANG—Pengembangan rumah susun milik atau rusunami di Jawa Tengah dinilai belum dapat direalisasikan sebab harga patokan masih sulit dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah.

Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jateng M.R. Prijanto mengatakan pengembangan rusunami di sejumlah wilayah perkotaan Jateng seharusnya menjadi salah satu pilihan penyediaan pasokan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Pasalnya, saat ini di wilayah tersebut lahan bagi pengembangan rumah tapak bersubsidi yang dapat dikses dengan kredit pemilikan rumah dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (KPR-FLPP) sudah sangat terbatas.

Namun, dia menuturkan saat ini pengembangan hunian vertical bersubsidi itu belum dapat direalisasikan di Jateng.

“Jateng belum mampu membangun rusunami, seperti yang sudah dilakukan di DKI Jakarta,” katanya, Kamis (26/3).

Prijanto menjelaskan pengembangan rusunami di Jateng terkendala terbatasnya kemampuan MBR. Upah minimum di Jateng, ungkapnya, menjadi indikator kondisi tersebut.

Dia menjelaskan dengan luas 30m2 harga minimal unit rusunami yang dapat dikembangkan di Jateng akan dibanderol harga Rp210 juta.

Nilai tersebut sulit terjangkau bagi MBR di Jateng dengan rerata upah minimum regional sekitar Rp1,5 juta per bulan.

 “Dengan gaji pasangan suami istri mencapai Rp3 juta cukup sulit untuk mengalokasikan sekitar Rp800.000-Rp900.000 per bulan untuk cicilan kredit,” ujarnya.

Padahal, Prijanto menilai saat ini sudah cukup sulit juga untuk mencari rumah tapak bersubsidi di wilayah perkotaan Jateng.

Dia menjelaskan di Kota Semarang hunian bersubsidi sudah terbatas dan hanya berlokasi di wilayah pinggiran.

Kendati begitu, dia optimistis pada tahun ini target penyaluran 10.000 hunian bersubsidi di wilayahnya masih dapat direalisasikan.

Syaratnya, rencana pemberian insentif bagi MBR dapat direalisasikan secepatnya.

Insentif pemerintah itu antara lain berupa suku bunga tetap 5% melalui skema FLPP, uang muka 1%, serta bantuan uang muka tunai sebesar Rp4 juta per unit.

“Kalau insentif belum juga dapat diakses pada Mei 2015, kami kira sulit untuk merealisasikan target kami. Juga, targetnasional 1 juta rumah rasanya tidak mungkin,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper