Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kenaikan harga batubara di pasar Newcastle pada Februari 2015, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengetok harga batubara acuan (HBA) Maret sebesar US$67,76 per ton atau naik 7,7% dari HBA Februari yang hanya US$62,92 per ton.
Namun, jika dibandingkan year on year, HBA Maret 2015 anjlok 12,01% dibandingkan HBA Maret 2014 yang mengetok sebesar US$77,01 per ton.
Dalam HBA yang diterbitkan pada Selasa (17/3/2015), menunjukkan batu bara dengan merek dagang Gunung Bayan I yang bernilai kalori 7.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg) dipatok HBA sebesar US$72,60 per ton. Sementara, batubara dengan nilai kalori 2.995 kkal/kg dengan merek dagang LIM 3.000, HBA dipatok hanya US$16,74 per ton.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Tjahjono mengungkapkan kenaikan HBA pada bulan Maret 2015 lebih disebabkan adanya kenaikan harga batu bara di pasar Newcastle.
"Harga naik memang karena indeks Newcastle naik," ujarnya, Selasa (17/3/3).
Dalam proses penghitungan HBA, pihaknya menggunakan empat harga batubara yakni Indonesia Coal Index (ICI) 1, Newcastle Export Index (NEX), Newcastle Global Coal Index (GC) dan Platts59.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan apakah kenaikan HBA pada bulan Maret 2015 sebagai titik balik kembalinya komoditas batu bara dari keterpurukan harga. "Masih belum tahu apakah bulan depan naik lagi atau tidak."
Hanya saja, berkaitan soal spekulasi adanya penurunan produksi pada Februari sehingga harga bisa kembali menguat, Bambang menampiknya. Menurutnya, kemungkinan terjadinya penurunan produksi batubara justru terjadi di Australia.
Hanya saja, berdasarkan data Kementerian ESDM, sejak dibuka perdagangan batubara pada 2015, memang ada penurunan produksi. Pasalnya, sepanjang Januari, produksi batu bara nasional mencapai 36 juta ton, sedangkan pada bulan Februari produksi batu bara hanya 29 juta ton.
Selama perdagangan dua bulan itu, pasar ekspor memperoleh porsi 53 juta ton, sedangkan pasar domestik hanya 12 juta ton.
Bisnis mencatat, setidaknya ada dua emiten yang memangkas produksi pada 2015, yakni PT ABM Investama Tbk dan PT Garda Tujuh Buana Tbk.
ABM Investama pada tahun ini hanya menargetkan produksi batu bara 2,5 juta ton hingga 3,5 juta ton, turun dari realisasi 2014 yang mencapai 6 juta ton. Sementara, Garda Tujuh Buana merencanakan target produksi tahun ini hanya 2,2 juta ton hingga 2,6 juta ton, atau lebih rendah dari target semula sebesar 3 juta ton.
Namun, PT Indo Tambangraya Megah Tbk masih menargetkan produksi yang sama pada tahun ini dengan produksi tahun 2014 yakni sebesar 29,1 juta ton. Hanya saja, untuk penjualan tahun ini ditargetkan mencapai 30 juta ton atau 500.000 ton di atas realisasi penjualan tahun lalu.
Kementerian ESDM sendiri menargetkan produksi batu bara pada tahun ini sebesar 425 juta ton. Angka ini lebih tinggi dari target produksi tahun lalu yang mematok 420 juta ton. Hanya saja, realisasi produksi batu bara pada 2014 mencapai 458 juta to