Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Mulai Gerogoti Ekspor Strategis di Jateng

Melemahnya rupiah dan perekonomian di sejumlah negara tujuan ekspor produk mebel dinilai semakin menekan laju ekspor komoditas kayu dan barang kayu dari Jawa Tengah, setelah terdampak sistem verifikasi legalitas kayu atau SVLK pada awal 2015.
Penurunan nilai ekspor komoditas kayu dari Jateng pada 2015 akan terjadi lebih signifikan. Pasalnya, pada awal tahun penerapan SLVK telah menekan kegiatan ekspor produk kayu./Ilustrasi Perajin mebel-Bisnis
Penurunan nilai ekspor komoditas kayu dari Jateng pada 2015 akan terjadi lebih signifikan. Pasalnya, pada awal tahun penerapan SLVK telah menekan kegiatan ekspor produk kayu./Ilustrasi Perajin mebel-Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG - Melemahnya rupiah dan perekonomian di sejumlah negara tujuan ekspor produk mebel dinilai semakin menekan laju ekspor komoditas kayu dan barang kayu dari Jawa Tengah.

Sebelumnya, industri strategis di Jateng ini telah terpukul oleh penerapan sistem verifikasi legalitas kayu atau SVLK pada awal 2015.

Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau Asmindo Jawa Tengah Erie Sasmito menuturkan rendahnya nilai ekspor komoditas pada awal tahun sebenaranya menjadi peristiwa tahunan. Pada kuartal pertama, jelasnya, permintaan cenderung pasif dan baru meningkat pada kuartal-kuartal berikutanya.

“Bulan-bulan awal atau pada kuartal pertama ekspor masih pasif, akan mulai aktif pada kuartal kedua dan ketiga dan naik pada kuartal terakhir,” ujarnya kepada Bisnis.com, (16/3/2015).

Kendati begitu, Erie menilai penurunan nilai ekspor komoditas kayu pada 2015 akan terjadi lebih signifikan. Pasalnya, pada awal tahun penerapan SLVK telah menekan kegiatan ekspor produk kayu.

Kondisi tersebut diperparah dengan turunnnya rupiah dan mata uang sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor produk kayu dan barang kayu dari Jateng. Erie menjelaskan harga kebanyakan jenis komoditas kayu dan barang kayu ditetapkan dengan harga internasional berdenominasi dolar AS.

Dengan begitu, penurunan nilai mata uang di sejumlah negara tujuan ekspor akan memengaruhi kuantitas permintaan produk dalam negeri. Dia mencontohkan harga komoditas kayu jati saat ini bahkan meningkat sekitar 30% di pasar internasional akibat melemahnya mata uang negara-negara tujuan ekspor.

“Penurunan pada dua bulan pertama menjadi dampak adanya penerapan SVLK. Yang jelas, ini akan terdampak depresiasi rupiah pada bulan ini,” katanya.

Badan Pusat Statistik mencatat komoditas kayu dan barang kayu pada Februari 2015 masih menjadi komoditas utama yang berandil sebesar 17,75%, kedua terbesar setelah tekstil dan barang tekstil (42,86%), bagi nilai ekspor Jateng yang mencapai US$428 juta.

Namun, nilai ekspor komoditas kayu dan barang kayu Februari mengalami penurunan 4,49% atau menjadi US$74,23 juta dari bulan sebelumnya US$77,57.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper