Bisnis.com, JAKARTA--Produsen makanan dan minuman olahan menilai insentif kredit ekspor lebih efektif merangsang perkembangan bisnis ketimbang kelonggaran pajak.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan untuk merangsang peningkatan penjualan ke luar negeri pemerintah perlu berikan insentif kredit ekspor seperti pada era Orde Baru.
“Paling tidak ekspor mamin US$6 miliar, kalau diberikan kredit ekspor tentu bisa mengurangi biaya bunga, ini yang bisa langsung dinikmati,” ucap Adhi, di Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Untuk mengurangi dampak negatif dari impor bahan baku tatkala dolar sedang meraja maka industri harus didorong tingkatkan ekspor.
Insentif kredit ekspor dinilai lebih efektif ketimbang kelonggaran fiskal berupa tax allowance dan tax holiday.
Dua opsi isentif ini dinilai lebih memengaruhi secara jangka menengah setidaknya setahun pasca diterapkan.
Kredit ekspor merupakan kredit yang diberikan dalam rupiah atau mata uang asing kepada eksportir atau pemasok.
Pendapatan ekspor berupa dolar AS disertai kredit juga dalam mata uang yang sama artinya tidak ada risiko. “Bunga rupiah mahal karena ada risiko,” kata Adhi.