Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkembanganbiakan Ternak: Ini Dia Kambing Dengan Kemampuan Kawin Tak Kenal Henti

Kendati memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan Etawa, peternak di Kabupaten Malang belum banyak melirik kambing jenis Bur.
Kambing Boer/sabah.goc.my
Kambing Boer/sabah.goc.my

Bisnis.com, MALANG-Himpunan Peternak Domba-Kambing Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Jawa Timur (HPDKI DPD Jatim) menyayangkan pengembangan ternak kambing di Kabupaten Malang yang masih terfokus pada jenis kambing Etawa dibandingkan Bur atau dikenal juga dengan sebutan kambing Boer.

Sekretaris HPDKI DPD Jatim, Ali Mahmud, mengatakan kendati memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan Etawa, peternak di Kabupaten Malang belum banyak melirik kambing jenis Bur.

“Etawa adalah kambing yang banyak digunakan untuk kontes. Sehingga secara ekonomis utamanya dalam upaya mendorong percepatan swasembada daging, kambing jenis ini tidak tepat,” kata Ali, Senin (9/3/2015).

Sementara kambing jenis Bur merupakan kambing tipe pejantan tangguh. Jika menggunakan kambing Bur sebagai pejantan, satu ekor Bur mampu mengawini 20 ekor kambing Jawa atau 1:20.

Dengan begitu jika kambing yang akan bunting minimal 50%-nya maka akan diperoleh 10 ekor anakan dalam 150 hari. Karena kambing Bur ini memiliki kemampuan kawin yang tinggi.

“Bahkan dalam sehari kemampuan kawinnya seolah tidak pernah berhenti. Sehingga cocok untuk meningkatkan kebutuhan produksi dalam mendukung upaya swasembada daging 2015,” jelas dia.

HPDKI Jatim sendiri saat ini tengah menggalakkan pengembangbiakan kambing jenis Bur di Jatim.

Untuk mendukung program tersebut saat ini HPDKI memiliki kandang pembiakan kambing Bur yang dikawinkan dengan kambing Jawa (Bur-Ja) berada di Kota Batu.

Kandang tersebut juga telah dilengkapi dengan peralatan USG untuk mengetahui jenis kelamin kambing yang ada di dalam kandungan.

Harapannya melalui kandang Bur-Ja tersebut peternak di Jatim bisa belajar.

“Selanjutnya peternak bisa mengembangkan kambing Bur-Ja di wilayahnya masing-masing,” ujarnya.

Salah satu alasan kenapa Kabupaten Malang lebih memilih kambing Etawa dibandingkan dengan Bur, karena sudah masuk dalam program yang dicanangkan oleh Pemkab Malang.

Sehingga ke depan HPDKI berharap Pemkab Malang juga melirik kambing Bur untuk dikembangkan lebih lanjut di wilayahnya.

Selain itu alasan lain kenapa peternak sejauh ini belum melirik kambing Bur, karena kambing asal Australia ini harganya dinilai relatif mahal yakni mencapai Rp20 juta per ekor.

Sehingga pola pengembangbiakan di tingkat peternak masih cederung berjalan seadanya.

Peternak masih banyak yang beranggapan kambing Jawa biar kawin sendirinya dengan sesama kambing Jawa. Akibatnya upaya untuk memenuhi kebutuhan daging cenderung masih jalan di tempat.

“Membutuhkan upaya percepatan, karena kebutuhan daging masih tinggi dan solusinya adalah dengan pengembangbiakan melalui kambing Bur,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Sofi’I
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper