Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tumbuh Melambat, Pebisnis Mamin Ogah Pangkas Produksi

Produsen tidak menurunkan kinerja produksi meskipun pertumbuhan industri makanan minuman melambat sebesar 4%-5% pada kuartal I/2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Gapmmi menyatakan ada tiga penyebab utama yang menyebabkan permintaan pasar makanan dan minuman (mamin) sepi pada kuartal pembuka tahun ini. Namun, produsen enggan menurunkan produksi./Ilustrasi Gerai penyedia produk mamin-Bisnis
Gapmmi menyatakan ada tiga penyebab utama yang menyebabkan permintaan pasar makanan dan minuman (mamin) sepi pada kuartal pembuka tahun ini. Namun, produsen enggan menurunkan produksi./Ilustrasi Gerai penyedia produk mamin-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen tidak akan menurunkan kinerja produksi meskipun pertumbuhan industri makanan minuman melambat sebesar 4%-5% pada kuartal I/2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan proyeksi pertumbuhan kinerja melambat dibandingkan dengan kuartal I/2014 sebesar 8%. Ada tiga penyebab utama yang menyebabkan permintaan pasar makanan dan minuman (mamin) sepi pada kuartal pembuka tahun ini.

Pertama, merosotnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan daya beli menurun. Kedua, fluktuasi harga BBM yang memengaruhi efek psikologis distributor maupun konsumen. Terakhir, permintaan negara ekspor seperti Eropa dan Jepang mengalami penurunan.

“Semoga April sudah pulih, karena produsen dan konsumen mempersiapkan diri untuk persediaan Idulfitri,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (9/3/2015).

Adhi mengatakan kebijakan pemerintah terkait harga bensin premium yang mengikuti mekanisme pasar, seharusnya tidak perlu diumumkan. Efek psikologis yang dirasakan pasar lebih besar daripada pengaruh kenaikan harga dengan ongkos produksi sendiri.

Walaupun pertumbuhan pasar melambat, sebagian besar produsen tidak menurunkan jumlah produksinya. Pasalnya, dengan adanya penurunan produksi, produsen harus mengatur ulang perencanaan biaya produksinya.

Gapmmi memproyeksi dengan adanya perlambatan pertumbuhan kinerja pada Kuartal I/2015, pertumbuhan industri dalam tahun ini tidak akan melebihi 7%. Adhi mengatakan walaupun tahun lalu pasar dibayangi ketakutan atmosfer politik, kinerja dianggap stabil.

“Retailer sudah berkata, bahwa kuartal I/2015 pertumbuhannya sekitar 4%. Padahal tahun lalu, sebesaar 9%-10%,” tuturnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper