Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOPI SPESIALITI: Pasar Masih Prospektif. Negeri Tirai Bambu Bisa Dimanfaatkan

Gaya hidup dan selera konsumen turut mengerek bertumbuhnya permintaan pasar kopi, khususnya spesialiti yang menawarkan citarasa unik dan hanya diproduksi di beberapa kawasan tertentu saja di dunia.
Kopi Toraja/Reuters-Yusuf Ahmad
Kopi Toraja/Reuters-Yusuf Ahmad

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia memperkirakan bisnis kopi spesialiti pada tahun ini masih prospektif meskipun harga kopi di tingkat Internasional masih bergerak stagnan di angka US$ 5 per kg dari harga yang diharapkan US$ 6-7 per kg.

Wakil Ketua Kompartemen Industri Kopi Spesialiti Pranoto Soenarto mengatakan gaya hidup dan selera konsumen turut mengerek bertumbuhnya permintaan pasar kopi, khususnya spesialiti yang menawarkan citarasa unik dan hanya diproduksi di beberapa kawasan tertentu saja di dunia.

Pranoto mencontohkan konsumsi kopi per kapita Jepang yang sudah mencapai 3,5 kg per kapita pada saat ini atau meningkat dari lima tahun sebelumnya yang baru mencapai 1,3 kg per kapita.

Apalagi, dia mengatakan warga China juga berpotensi mengubah gaya hidup meminum tehnya menjadi kopi setelah permintaan kopi di negara berpenduduk lebih dari 1 miliar itu cenderung meningkat.

“Anggap saja dari 1,3 (miliar) penduduk, 260 juta-nya jadi peminum kopi. Kesempatan Indonesia untuk memberikan itu sangat besar, “katanya seperti dikutip Bisnis, Senin (23/2/2015).

Pranoto menjabarkan tiga besar kopi spesialiti yang memiliki penggemar setia di dunia adalah kopi Sumatera bagian utara (Gayo, Mandailing), kopi Toraja, dan kopi spesialiti asal Jawa Tengah.

Saat ini, produksi kopi spesialiti sendiri diperkirakan melebihi 100.000 ton dari total produksi kopi nasional yang mencapai 685.089 ton pada 2014.

Meski demikian, dia mengatakan kesempatan yang terbuka besar akan dicaplok Vietnam dan Brasil selaku kompetitor utama eksportir kopi, apabila produktivitas kopi nasional tidak juga dibenahi.

Saat ini, produktivitas kopi nasional baru mencapai 600-800 kg per ha, atau kalah jauh bila dibandingkan produktivitas kopi Vietnam yang mencapai 2,3 ton per ha dan Brasil 8 ton per ha.

Menurut Pranoto, pemerintah, swasta dan juga petani harus bisa bersinergi untuk meningkatkan produktivitas dengan mengevaluasi cara budidaya tanam yang baik serta penggunaan teknologi untuk memanfaatkan kesempatan itu.

“Anggap saja produktivitas kita 1,2-1,4 ton per ha, khususnya untuk speciality arabika itu akan membuat petani sejahtera sekali,” ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper