Bisnis.com, JAKARTA - Pemerhati Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengatakan salah satu penyebab tingginya harga beras dikarenakan pencairan beras miskin (raskin) baru disetujui pada 28 Januari 2015. Dampaknya, inflasi tinggi disumbang oleh beras yang mengakibatkan harganya juga tinggi.
Selain itu, mundurnya masa tanam satu setengah bulan pada akhir tahun lalu juga menyebabkan harga tinggi karena sedikitnya pasokan. Seharusnya, panen raya bisa dimulai pada Februari, tetapi saat ini bergeser ke Maret-April.
Adapun, saat ini dia meyakini situasi disparitas antara harga Operasi Pasar (OP) Bulog dan harga jual tengah dimanfaatkan oleh pedagang di pasar.
“Pedagang juga menunggu seberapa kuat pemerintah menahan OP, di sisi lain pedagang juga punya cadangan, jadi saling tahan,” katanya kepada Bisnis.com, Senin, (23/2/2015).
Meski demikian, dia meyakini bulan depan atau ketika panen raya dimulai, harga beras akan berangsur-angsur normal kembali sehingga Bulog diharapkan dapat berperan maskimal agar petani tidak mengalami kejatuhan harga yang terlalu dalam.
Saat ini, rata-rata harga beras nasional mencapai Rp10.060. per kg. Meski demikian, harga gabah terpantau normal di kisaran Rp4.200-4.500 per kg.