Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah terjadi penimbunan beras oleh spekulan sehingga harga di pasar menjadi tinggi.
"Tidak ada hubungannya penimbunan. Mau timbun silahkan saja, nanti kita suruh tangkap polisi," katanya di kantor Wapres usai rapat koordinasi terkait beras, Senin (23/2).
JK juga membantah ada mafia beras yang mengendalikan pasokan dan harga beras di pasar. Harga beras di Pasar Induk Cipinang, misalnya, mengalami kenaikan 21%-31%.
"Ah tidak ada itu. Hanya orang dagang biasa timbun-timbun nanti juga biar rugi sendiri kita turunkan harga," imbuhnya.
Kendati pasokan beras di pasar tersendat dan harga melonjak, pemerintah memutuskan tidak akan membuka keran impor beras. Menurutnya, impor hanya akan dilakukan apabila diperlukan.
"Sekarang ini setelah kita pelajari, oh.. masalah suplai raskin yang kurang dari 350.000 ton yang kurang," kata JK.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan rantai distribusi raskin harus diaudit mulai dari dikeluarkannya delivery order (DO) hingga sampai ke pasar. Pasalnya, Mendag menemukan adanya praktik oplosan beras alias mafia beras.
"Saya bilang apda waktu lalu saya dapatkan gudang beras, pedagang oplos masuk kantong merek dagang sendiri," ujarnya.
Gobel merasa heran, suplai raskin ke sejumlah kota seperti Jakarta cukup banyak, namun beras tersebut tidak sampai ke pasar.
"Termasuk beras operasi pasar untuk masuk senilai Rp7.400/Kg. Kenapa tidak ada barang itu di pasar?" tegasnya.
Wapres Tepis Ada Mafia & Penimbunan Beras
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah terjadi penimbunan beras oleh spekulan sehingga harga di pasar menjadi tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ana Noviani
Editor : Rustam Agus
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu