Bisnis.com, TANGERANG - Badan Pusat Statistik Provinsi Banten menyatakan dalam enam bulan sejak Maret hingga September 2014, jumlah penduduk miskin di wilayah ini bertambah 26.350 jiwa. Dengan demikian, angka kemiskinan di Banten mencapai 649.190 jiwa atau setara dengan 5,51% dari total penduduk.
Syech Suhaimi, Kepala BPS Provinsi Banten, menyatakan terjadi peningkatan angka kemiskinan di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun perdesaan. Penduduk miskin di perkotaan meningkat 5.490 orang yakni dari 375.690 jiwa pada Maret 2014 menjadi 381.180 jiwa pada September tahun yang sama.
“Peningkatan penduduk miskin terbanyak terjadi di perdesaan yakni mencapai 20.870 orang hanya dalam enam bulan yakni dari 247.140 orang pada Maret menjadi 268.010 orang pada September 2014,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (9/2/2015).
Dengan demikian, persentase penduduk miskin baik di perkotaan maupun di perdesaan pada kurun Maret-September 2014 sama-sama meningkat. Angka kemiskinan di perkotaan pada September mencapai 4,74% sementara jumlah penduduk miskin di perdesaan menjadi 7,18% dari 6,67% pada Maret 2014.
Menurutnya, faktor yang paling dominan dalam meningkatkan jumlah penduduk pada garis kemiskinan di Banten adalah komoditas makanan dibandingkan dengan komoditas nonmakanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Hal itu terlihat dari kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan secara keseluruhan tercatat sebesar 70,87% pada September 2014. Angka tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi Maret 2014 yang sebesar 71,03%.
Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, yakni seperti beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan mie instan. Sementara itu pada komoditi bukan makanan, terdapat perbedaan yang mendasar antara perkotaan dan perdesaan.
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar kepada Garis Kemiskinan di perkotaan seperti perumahan, listrik, angkutan, bensin dan pendidikan, sedangkan di perdesaan adalah perumahan, pakaian jadi anak-anak, listrik, pendidikan dan pakaian jadi perempuan dewasa.
Kendati angka kemiskinan meningkat, pada periode Maret-September 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Banten, menurutnya, justru menurun. Hal ini mencerminkan pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.