Bisnis.com, JAKARTA—Duta Besar UE untuk Indonesia Olof Skoog sempat menemui Menteri Perindustrian Saleh Husin menyampaikan keinginan agar hubungan dagang dengan RI diperdalam.
Pendalaman itu membutuhkan upaya lebih, bukan semata mengandalkan perdagangan yang sekarang terjalin.
“Untuk kurangi barrier perdagangan ada CEPA bisa fasilitasi. CEPA sudah didiskusikan sejak lama, kita harus diskusikan kembali bagaimana ini bisa untungkan dua negara,” ucap Skoog.
Sebagai contoh, Kementerian Perindustrian mewaspadai ketimpangan bisnis dengan Eropa atas sejumlah komoditas, seperti kakao olahan.
Fasilitas bea masuk 0% dari Uni Eropa hanya diberlakukan untuk biji kakao, sedangkan kakao olahan kena 7,7% - 9,6% padahal negara lain semisal Afrika tarifnya 0%.
Perindustrian merekomendasikan dua hal, penyamarataan bea keluar biji kakao di dalam negeri dan pemangkasan bea masuk kakao olahan di Eropa jadi 0%. Kemenperin meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengupayakan fair trade dan treatment terkait ekspor kakao ini.
Skoog sendiri berpendapat jika pemerintah RI menginginkan bea 0% untuk kakao olahan maka harus siap dengan permintaan lain Eropa sebagai kompensasi hal ini.
“Negara Eropa mungkin akan bilang oke, tapi mereka pasti minta hal lain, mereka juga harus bisa dapat tarif pajak lebih ringan ke sini,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik mencatat selama Januari – November tahun lalu perdagangan Indonesia dan Eropa surplus US$3,73 miliar. Secara total ekspor ke Eropa berkontribusi sebesar 11,49% terhadap total ekspor nonmigas, sedangkan dalam struktur impor porsinya 9,40%.