Bisnis.com JAKARTA— Neraca transaksi berjalan Indonesia diprediksi membaik ke 2,7% dari PDB pada 2015. Namun, ambisi pemerintah menggenjot pertumbuhan ekonomi bisa berdampak negatif pada pemulihan tersebut.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, mengatakan penurunan harga BBM mulai memulihkan daya saing produk ekspor Indonesia yang anjlok sejak November 2014.
Pemulihan tersebut tampak dari surplus perdagangan US$187 juta pada Desember yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Selain itu, Indonesia berhasil menakan defisit neraca perdagangan dari US$4,1 miliar pada 2013 menjadi US$1,8 miliar pada 2014.
Rangga menjelaskan pemulihan kinerja ekspor pada penghujung 2014 lebih banyak ditopang oleh sektor nonkomoditas.
Harga komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti batu bara dan CPO diperkirakan masih akan rendah, meski tidak serendah harga minyak dunia. Pemulihan harga komoditas bisa mendorong momentum perbaikan kinerja ekspor Indonesia.
Perkembangan tersebut menjadi dasar Samuel Sekuritas memproyeksikan defisit transaksi berjalan Indonesia akan menipis ke 2,7% dari PDB. Pada kuartal III/2014, neraca transaksi berjalan Indonesia defisit 2,9% dari PDB.
“Kami memperkirakan fase pemulihan neraca perdagangan masih akan berlanjut sepanjang 2015. Namun, ambisi pemerintah mendongkrak pertumbuhan ekonomi bisa jadi gangguan luar biasa karena bisa mendorong impor,” kata Rangga dalam risetnya, Selasa (3/2/2015).
Ambisi pemerintah mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui gelontoran anggaran untuk pembangunan infrastruktur berisiko membuat impor tetap tinggi dalam setahun ke depan.
Risiko tersebut, jelas Rangga, tampak dari keputusan Bank Indonesia mempertahankan proyeksi defisit transaksi berjalan 2015 pada kisaran 3,3%–3,5% atau setara dengan kondisi saat ini.