Bisnis.com, JAKARTA - Seiring dengan berlakunya regulasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral mentah sejak 12 Januari 2014, produksi bijih nikel PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. merosot tajam hingga 90% sepanjang tahun lalu.
Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan Antam, mengatakan produksi bijih nikel pada 2014 mencapai 1,14 juta wmt, dari setahun sebelumnya 11,52 juta wmt.
"Seiring dengan regulasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral, volume penjualan bijih nikel pada 2014 tercatat 215.400 wmt atau turun 98% dibandingkan 2013," ungkapnya dalam keterangan resmi, Sabtu (31/1/2015).
Penurunan produksi paling tajam terjadi pada bijih nikel kadar rendah yang pada 2013 memproduksi 3,02 juta mwt menjadi tidak berproduksi sama sekali. Adapun, bijih nikel kadar tinggi produksinya merosot menjadi 1,14 juta wmt dari 8,49 juta wmt.
Produksi feronikel emiten berkode saham ANTM juga turun menjadi 16.851 TNi, dari sebelumnya 18.249 TNi. Produksi emas Antam juga tak ketinggalan mengalami penurunan menjadi 2.335 kg dari sebelumnya 2.562 kg.
Begitu pula dengan produksi perak yang merosot menjadi 17.777 kg dari sebelumnya 19.709 kg. Sementara itu, produksi bauksit tercatat juga turun menjadi 267.292 wmt dari sebelumnya 570.721 wmt.
Sebaliknya, produksi batubara Antam justru mengalami peningkatan menjadi 464.002 ton pada periode sepanjang tahun 2014 dari sebelumnya 424.573 ton. Produksi batubara dilakukan oleh anak usaha PT Indonesia Coal Resources dan berhasil menjual 652.413 ton.