Bisnis.com, TEGAL—Bank Indonesia Perwakilan Tegal, Jawa Tengah, memprediksi gejolak inflasi di Tegal sepanjang 2014 lebih banyak dipengaruhi oleh administered price antara lain kenaikan tarif tenaga listrik (TTL), kenaikan harga elpiji 3 kg dan 12 kg, serta kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Realisasi inflasi Kota Tegal pada 2014 tercatat 7,40% year on year (y-o-y), lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,80% (y-o-y). Namun demikian, inflasi ini lebih rendah dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat 8,22% (y-o-y) dan nasional yang tercatat 8,36% (y-o-y).
Kepala BI Tegal Bandoe Widiarto mengatakan penyumbang inflasi lain juga dipengaruhi pola musiman seperti pergantian tahun ajaran baru 2015, perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Dia mengatakan komoditi rokok sepanjang 2014 mengalami kenaikan harga sebagai dampak dari kebijakan cukai dan pajak daerah yang dibebankan kepada konsumen.
“Kelompok bahan bangunan semen, pasir, dan batu bata pada 2014 juga mengalami kenaikan harga,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (28/1/2015).
Bandoe mengatakan tantangan yang dihadapi ke depan dalam pengendalian inflasi daerah adalah dampak perekonomian global seperti kebijakan The Fed, kondisi ekonomi nasional yang dipengaruhi oleh kebijakan administered price seperti tarif tenaga listrik, harga BBM, harga LPG.
Selain itu, ujarnya, tantangan dari faktor musiman seperti liburan sekolah, hari raya keagamaan dan faktor alam (El Nino/penghujan dan kemarau) akan menjadi perhatian dalam pengendalian inflasi ke depan.
“Kami rutin melakukan pertemuan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menanyakan komoditas apa saja yang berpengaruh pada inflasi,” paparnya.