Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Dikritisi DPR, Mental Petugas Penyalur Raskin Perlu Direvolusi

Komisi VI DPR mengkritisi Perum Bulog yang menyalurkan beras untuk warga miskin (raskin) di bawah standar kualitas yang ditentukan yaitu beras kualitas medium.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Komisi VI DPR mengkritisi Perum Bulog yang menyalurkan beras untuk warga miskin (raskin) di bawah standar kualitas yang ditentukan yaitu beras kualitas medium.

"Penyebab beras raskin berkualitas buruk antara lain karena terlalu lama disimpan di gudang Bulog," kata Ketua Komisi VI DPR, Achmad Hafisz Tohir, di sela Rapat Panja Penyertaan Modal Negara (PMN) dengan Perum Bulog, di Gedung MPR/DPR, Senin (26/1).

Oleh karena itu, sambungnya, Bulog harus memperbaiki kualitas sistem pergudangan dan termasuk sumber daya manusia di daerah.

"Saya menemukan di daerah, beras raskin umumnya banyak kutu, menir dan pecah-pecah."

Selain itu, petugas gudang Bulog juga tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam mengelola stok beras sehingga terjadi "broken" (pecah-pecah) dan kadar air yang tinggi menyebabkan beras rusak.

"Perlu revolusi mental juga bagi petugas gudang Bulog, sehingga kualitas raskin tetap bagus," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Bulog Lenny Sugihat mengatakan menerima kritisi dari Komisi VI, namun buruknya kualitas raskin juga disebabkan berbagai hal.

Ia menjelaskan, kualitas raskin sangat tergantung pada produksi. Bibit padi yang berbeda atau tidak seragam dapat menyebabkan kualitas beras menurun demikian juga pada tingkat penggilingan.

"Mesin penggilingan sudah tua juga dapat menyebabkan padi yang digiling menjadi pecah-pecah. Di penggilingan yang tidak higienis juga mempengaruhi kualitas beras," katanya.

Demikian juga ketika memasuki tahap penjemuran, distribusi sangat berpotensi memperburuk kualitas beras.

"Kami tentu berusaha mengurangi atau mempertahankan kualitas padi. Indonesia masuk dalam negara tropis yang tingkat kelembabannya tinggi, jadi potensi membuat beras di dalam gudang cepat basah," ujarnya.

Meski begitu klaim Lenny, Bulog memiliki sistem teknologi pergudangan yang sudah bagus untuk menghilangkan kutu digunakan "treatment", teknologi vacum serta menghindari penggunaan bahan kimia.

"Kutu beras tidak bisa dihindari, tapi diminimalisasi karena beras di gudang Bulog bisa mencapai 3,2 juta ton dalam periode tertentu," ujarnya.

Prinsipnya kata Lenny yang baru menjabat menjadi Dirut Bulog pada awal Januari 2015 ini, Bulog masih sebatas pengawalan pada pergudangan dan distribusi, sedangkan pada tataran produksi meliputi pihak lain seperti Kementerian Pertanian mulai dari pembibitan, pola penanaman hingga panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper