Bisnis.com, JAKARTA - Program penghiliran biji kakao untuk meningkatkan nilai tambah masih belum berjalan sesuai harapan.
Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah mengatakan hal itu karena penghiliran komoditas ini baru dalam tahap pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi.
Sebaliknya, penghiliran belum sampai dalam bentuk produk akhir berupa makanan yang siap konsumsi.
"Produk setengah jadi itu nilai tambahnya masih kecil. Justru yang besar itu kalau sudah sampai produk jadi. Cuma kalau produk jadi itu, tidak hanya kakao bahan bakunya," ujar Soetanto.
Bahan setengah jadi dalam bentuk pasta, lemak, maupun bubuk saat ini hanya menghasilkan nilai tambah yang sangat kecil.
Soetanto menyebutkan produk setengah jadi hanya memiliki margin rata-rata sebesar 7%-10%. Sementara penghiliran dalam bentuk produk akhir bisa menghasilkan margin yang jauh lebih besar, sekitar 30%.
“Saya kira kita harus mulai membangun hilirisasi produk akhir. Sebetulnya sudah ada yang di Indonesia, seperti PT Ceres. Tapi persentasenya masih sangat kecil dibanding produk setengah jadi. Mungkin sekitar 10% yang berupa produk akhir,” ujarnya.