Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan mengevaluasi biaya operasional sumur minyak dan gas bumi seiring dengan merosotnya harga minyak dunia yang menyentuh sekitar US$40 per barel.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan merosotnya harga minyak dunia berdampak terhadap bisnis hulu perseroan. Oleh karena itu, pihaknya sedang mengevaluasi biaya produksi migas per barel di sumur-sumur minyak dan gas bumi milik persahaan.
“Kan enggak mungkin biaya produksi lebih dari harga minyak,” katanya sebelum Rapat dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Dia menjelaskan saat ini biaya produksi sumur milik PT Pertamina EP mencapai US$20-an per barel. Sementara sumur migas milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sedikit lebih tinggi karena terdapat sebagian wilayah kerja lepas pantai, namun tetap di bawah US$30 per barel.
Jika setelah dievaluasi terdapat sumur yang memiliki biaya produksi tinggi, Syamsu belum akan mengambil tindakan karena keputusan untuk mematikan sumur tidak bisa dilakukan untuk mengejar target produksi.
“Kalau harus mematikan sumur harus dengan proper, namun sampai sekarang belum ada rencana ke sana karena target produksi masih akan dikejar,” ujarnya.
Dia menjelaskan penundaan proyek berbiaya operasional tinggi akan dilakukan pada blok yang belum memasuki tahap keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID). Sedangkan untuk blok yang telah masuk tahap FID, Pertamina akan mencari sumur-sumur yang ekonomis untuk dikembangkan.
“Target tetap dikejar namun harus ada efisiensi. Misalnya sumur hanya menghasilkan 100 barel per hari [bph], kami akan mencari sumur lain yang menghasilkan 200 bph,” jelasnya.
Muliawan, Deputi Pengendalian Operasi Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pernah mengatakan merosotnya harga minyak dunia memaksa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas menunda pemboran sumur-sumur baru, terutama sumur lepas pantai yang membutuhkan biaya tinggi.
Dia mencontohkan sumur milik perusahaan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) yang berencana mengevaluasi kegiatan pemboran sumur baru untuk dihitung kembali nilai keekonomiannya.
“CNOOC belum mengajukan secara resmi akan menghentikan pemboran, namun saya mendengar dia mau mengevaluasi,” ungkapnya.