Bisnis.com, JAKARTA - People’s Bank of China (PBoC) memprediksi China mampu mencapai pertumbuhan 7,3% pada 2015, terdorong oleh penurunan harga komoditas.
Angka pertumbuhan 7,3% tersebut lebih tinggi dari proyeksi bank sentral pada pertengahan Desember 2014, yang menyatakan China hanya akan tumbuh 7,1% pada 2015, setelah tumbuh 7,4% tahun lalu.
“Indeks harga konsumen tahun ini pun masih akan berada di level rendah yaitu 1,6% (year-on-year,” ungkap Song Guoqing, akademisi sekaligus penasihat bank sentral di Beijing, Sabtu (17/1/2015).
Prediksi inflasi itu sejalan dengan data Kantor Statistik Nasional, yang juga merujuk pada penurunan harga minyak mentah, bijih besi, dan tembaga. Penurunan beberapa komoditas ini, menurut Guoqing, merupakan ‘bonus’ bagi perekonomian domestik.
Bank sentral sebelumnya memangkas pertumbuhan 2015 menjadi 7,1% dari 7,4%, dilatarbelakangi oleh masih terpuruknya investasi sektor properti yang telah membebani pertumbuhan tahun lalu.
“Investasi real estat yang masih akan lesu sepanjang tahun depan akan memberi dampak luas mulai dari perlambatan pertumbuhan hingga ekspor,” ungkap kepala ekonom bank sentral, Ma Jun saat mengumumkan pemangkasan pertumbuhan tersebut.
Dalam laporannya, Ma Jun memaparkan permintaan global beberapa bulan terakhir perlahan meningkatkan kinerja ekspor, namun tidak cukup kuat menutup kerugian yang disebabkan oleh keterpurukan pasar properti.