Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bahan Baku Belum Bisa Terelakkan

Impor bahan baku belum bisa terelakkan mengingat keterbatasan suplai dari industri penunjang di dalam negeri.
Obat produksi perusahaan farmasi nasional. Impor bahan bakunya belum bisa dielakkan/Bisnis
Obat produksi perusahaan farmasi nasional. Impor bahan bakunya belum bisa dielakkan/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Impor bahan baku belum bisa terelakkan mengingat keterbatasan suplai dari industri penunjang di dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor bahan baku dan penolong dari China naik 1,81% selama Januari – November 2014 menjadi US$15,84 miliar. Guna mengikis impor bahan baku dan penolong perlu didorong pengembangan industri berbasis bahan baku lokal.

Namun Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari berpendapat kenaikan impor bahan baku dan penolong dari China belum tentu indikasi negatif. Pasalnya catatan impor BPS ini hanya secara nilai belum termasuk volume.

“Peningkatan nilai impor perlu dicek juga apakah secara kuantitas juga terjadi kenaikan. Karena bisa ini terutama nilainya naik karena terjadi depresiasi rupiah terhadap dolar AS,” ucapnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (16/1/2015).

Ketergantungan impor memang mencerminkan lemahnya suplai dari industri penunjang domestik, sehingga pengusaha mesti beli dari luar negeri. Kendatipun impor bahan baku dan penolong meningkat dapat pula mengindikasikan pertumbuhan kinerja industri utama.

Adapun yang termasuk industri andalan a.l. industri pangan; farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan; tekstil, alas kaki, dan aneka; alat transportasi; elektronika dan telematika; serta industri pembangkit energi.

Selama industri andalan di sektor pengolahan nonmigas mengukir pertumbuhan maka kebutuhan bahan baku dan penolong juga bertambah. Walhasil pembelian dari luar negeri tak bisa dihindari karena belum semua bisa dipenuhi dari industri penunjang domestik.

“Dari pertumbuhan industri nonmigas sekitar 5,6% pada tahun lalu, normalnya ada kenaikan kebutuhan bahan baku. Porsi bahan baku dalam biaya produksi bisa mencapai 70%,” ucap Ansari.

Dangkalnya struktur industri nasional menjadi salah satu masalah utama sektor industri yang jadi catatan merah Kemenperin. Selain hal ini perkara lain ialah soal alokasi sumber daya energi, bahan baku, dan pembiayaan yang juga belum optimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper