Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DEFISIT TRANSAKSI 2015: BI Prediksi Masih Melebar

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan 2015 tetap lebar di kisaran 3% terhadap produk domestik bruto.
Ilustrasi ekspor-impor. Defisit transaksi berjalan 2015 diprediksi masih melebar/JIBI
Ilustrasi ekspor-impor. Defisit transaksi berjalan 2015 diprediksi masih melebar/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan 2015 tetap lebar di kisaran 3% terhadap produk domestik bruto.

Tekanan impor masih mengintai sejalan dengan strategi pemerintah bertumpu pada investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan.

Level itu tidak bergeser jauh estimasi defisit 2014 yang juga 3% terhadap PDB. Semula, bank sentral memproyeksi defisit tahun ini akan menyempit ke level sehat 2,5% seiring langkah pengetatan moneter yang ditempuh sejak Juni 2013.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan berbagai proyek infrastruktur pemerintah akan mendorong peningkatan impor barang modal.

 “Perkiraan kami, defisit transaksi berjalan 2015 ini akan kurang lebih sama dengan level 2014,” katanya seusai rapat tahunan dewan gubernur BI, Kamis (15/1/2015).

Selain impor barang modal, otoritas moneter melihat tren perlemahan harga komoditas akan mengganjal kinerja ekspor Indonesia sekalipun Indonesia memetik keuntungan dari penurunan harga minyak dunia yang akan menggerus impor.

Ekspor manufaktur belum mampu mengompensasi dominasi pengapalan komoditas sekalipun membaik seiring pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

 Kendati demikian, lanjutnya, bank sentral tidak mempersoalkan defisit kali ini karena impor digunakan untuk keperluan produktif ketimbang tahun lalu yang lebih konsumtif.

BI mencatat penyempitan defisit 2014 dari 3,3% tahun sebelumnya hanya ditopang oleh perbaikan di sisi neraca nonmigas dengan penciutan defisit dari US$10,6 miliar menjadi US$6,1 miliar.

Adapun defisit perdagangan migas justru melebar dari US$18,5 miliar menjadi US$19,7 miliar.

 “Jadi, walau levelnya kurang lebih sama, tapi ada pergeseran dari yang dulunya konsumtif ke lebih produktif,” ujar Juda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper