Bisnis.com, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Makan Ternak (GPMT) belum bisa memperkirakan jumlah importasi jagung untuk pakan ternak pada tahun ini yang kebutuhannya meningkat 10% dibandingkan tahun lalu.
Ketua GPMT Sudirman mengatakan sinyal penambahan produksi jagung dengan program perluasan areal tanam sebesar 1 juta ha membuat pihaknya masih menunggu perkembangan produksi jagung tahun ini.
“Belum sejauh itu (rekomendasi impor jagung tahun ini). Kita lihat saja dulu perkembangan swasembada jagung ini,” katanya seperti dikutip Bisnis, (12/1/2015).
Sudirman berharap penambahan areal tersebut dapat langsung memberikan dampak terhadap produksi jagung lokal mengingat kebutuhan pakan ternak selalu meningkat 10% setiap tahunnya.
Dia mengatakan pelaku usaha masih menunggu kebutuhan pakan ternak disuplai seluruhnya dari jagung lokal yang diketahui memiliki kualitas lebih baik dibandingkan jagung impor.
Pada 2014, US Department of Agriculture (USDA) dan Organisasi Pangan Dunia menyatakan kebutuhan jagung untuk pakan ternak di daerah ASEAN masih dipimpin oleh Indonesia dengan 7,6 juta ton.
Sudirman mengatakan kebutuhan jagung untuk pakan ternak tahun ini meningkat 10% dari tahun lalu menjadi 8,5-8,7 juta ton seiring pertumbuhan industri ternak.
“Kita mendukung program pemerintah, dan pemerintah juga perhatian dengan industri pakan. Yang jelas, kebutuhan pakan dari jagung akan meningkat tahun ini,” katanya.
Namun, Sudirman menyatakan impor jagung gelombang pertama tahun 2015 sudah dimulai pada bulan ini dengan perkiraan kebutuhan jagung impor Januari-Maret mencapai 1 juta ton.
Dia mengatakan mundurnya masa tanam padi dan jagung membuat panen juga mundur sehingga terjadi kekosongan suplai untuk kuartal I tahun ini.
“Hampir 1 juta ton. Hanya untuk dua-tiga bulan ini saja karena tidak ada panen ,”