Bisnis.com, JAKARTA-- Asosiasi pengusaha truk Indonesia (Aptrindo) mendesak pengelola dan operator terminal pelabuhan di Indonesia membuat standar waktu layanan truk/trailler pengangkut barang dan peti kemas atau turn round time (TRT).
Wakil Ketua Umum Aptrindp Muis Thantawi mengatakan, sampai saat ini tidak ada standar waktu layanan trucking di seluruh pelabuhan Indonesia termasuk di empat pelabuhan utama seperti Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Belawan Medan dan Makassar.
Parahnya lagi, kata dia, hampir semua fasilitas di pelabuhan tersebut tidak menyiapkan lapangan tunggu/parkir truk yang terintegrasi dengan sistem informasi bongkar muat barang dan peti kemas di Pelabuhan.
“Operator pelabuhan maupun pengelola terminal peti kemas di pelabuhan mesti menetapkan standar TRT tersebut. Berapa lama waktu yang dibutuhkan melayani trucking di pelabuhan?, sehingga operator trucking punya kepastian waktu dan lebih bergairan menjalankan usahanya,” ujarnya, Rabu (7/1/2015).
Muis mengatakan, peran operator trucking sebagai pendukung utama kegiatan pengangkutan barang dan peti kemas di pelabuhan masih dipandang sebelah mata oleh Pemerintah selama ini yang dapat dilihat dengan minimnya perhatian pemerintah dalam mendukung program peremajaan atau revitalisasi armada jenis truk dan trailler tersebut.
Selain itu, kata dia, kegiatan pembangunan infrastruktur sisi laut/dermaga terus di upayakan dengan menggelontorkan investasi besar-besaran, namun pembangunan sisi darat-nya termasuk penambahan infrastruktur jalan dan revitalisasi armada pengangkut-nya sangat lamban.
Lambannya revitalisasi armada tersebut, ucap Muis, akibat tingginya suku bunga perbankan dalam negeri dalam pemberian kredit usaha angkutan pelabuhan yakni rata-rata lebih dari 12%/tahun. Selain itu, peremajaan armada jenis truk dan trailler sampai saat ini masih dikenakan beban bea masuk, PPN, PPh dan bea balik nama.
“Untuk itu kami mengharapkan ada kebijakan fiskal dari pemerintah untuk meringankan beban pajak dan bea masuk tersebut sehingga revitalisasi armada truk dan trailler bisa berjalan maksimal,” paparnya.
Muis yang juga menjabat anggota dewan pertimbangan Kadin Jawa Barat itu mengungkapkan, produktivitas angkutan pelabuhan terendah terjadi di pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini hanya rata-rata 15 trip/armada/bulan.
Kondisi rendahnya produktivitas angkutan pelabuhan Priok itu, selain tidak adanya standar TRT di pelabuhan Priok, juga kinerja atau layanan depo peti kemas kosong yang menjadi penyangga aktivitas ekspor impor Priok tetapi sebagian besar diantaranya belum beroperasi 24 jam.
Aptrindo, imbuhnya, sudah menyampaikan langsung persoalan terkait faktor penyebab hambatan revitalisasi armada dan merosotnya produktivitas angkutan pelabuhan itu kepada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dalam upaya menekan ongkos logistik di Indonesia.
Operator Pelabuhan Didesak Buat Standar Layanan Truk
Asosiasi pengusaha truk Indonesia (Aptrindo) mendesak pengelola dan operator terminal pelabuhan di Indonesia membuat standar waktu layanan truk/trailler pengangkut barang dan peti kemas atau turn round time (TRT).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Akhmad Mabrori
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
23 menit yang lalu
Lampaui HET, Harga MinyaKita Melambung Jadi Rp17.056 per Liter
42 menit yang lalu