Bisnis.com, LONDON-- Ekonom menilai pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi yang akan segera melancarkan operasi stimulus lanjutan sebagai tambahan sentimen positif bagi pasar.
Pasalnya, sampai saat ini investor masih memandang situasi perekonomian Eropa tengah berada dalam bahaya sekalipun nilai euro yang terus terdepresiasi.
"Euro yang lemah dapat memberi ruang tambahan bagi ECB untuk menggenjot perekonomian. Salah satunya melalui pembelian obligasi pemerintah," ujar Kit Juckes, Ekonom Global Societe General SA, Minggu (4/1/2015).
Pada akhir tahun lalu, sebanyak 44 dari 59 analis dan ekonom yang disurvei Bloomberg menunjukkan euro akan tetap jatuh terhadap dolar AS. Sementara, estimasi median menyebutkan angka depresiasi euro mencapai 2,5%.
Analis Mata Uang BNP Paribas SA Michael Sneyd menambahkan ECB saat ini jauh lebih tangguh ketimbang pada masa krisis finansial global 2007-2009 atau krisis utang Yunani 2010 lalu.
BACA JUGA:
Inflasi Lampaui Ekspektasi, Pengetatan Moneter Berlanjut
2015, Tahun Eling lan Waspada