Bisnis.com, SIDOARJO - Pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang sejak Minggu (28/12/2014) kemarin diperluas pada Senin (29/12/2014) guna mengantisipasi kemungkinan pergeseran pesawat dari koordinat saat kontak terakhir sebelum dinyatakan hilang.
Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI Sigit Setiyana mengatakan tim AL mengatakan sejak ada informasi pesawat hilang maka tim menyisir daerah dekat dengan Pulau Jawa mengingat kontak terakhir hanya 41 menit setelah lepas landas.
Adapun pencarian hari kedua, kata dia, tetap dalam asumsi yang sama. Oleh karenanya armada menyisir daerah perairan di utara Karimun Jawa sampai Bangka Belitung. Rute pencarian diharapkan bisa menemukan tanda-tanda keberadaan pesawat meski di bawah perairan.
"Kami juga libatkan KRI Rengat, penyapu ranjau, yang bisa mendeteksi besi di kedalaman 25 meter sampai 30 meter," jelasnya saat jumpa pers di Terminal 2, Bandara Juanda, Sidoarjo, Senin (29/12/2014).
Sigit mengatakan jajarannya juga menyiapkan 1 unit Komando Pasukan Katak yang siap menyelam ketika terdeteksi ada kemungkinan pesawat Air Asia QZ8501 masuk jangkauan radar. "Tim ini dilengkapi dengan alat lengkap yang bisa menyelam hingga 25 meter," jelasnya.
Sebelumnya, pencarian disebutkan banyak dilakukan di Tanjung Pandan, titik kemungkinan lost contact pesawat, Minggu (28/12/2014) pagi sebelum kemudian dinyatakan hilang.
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah III, Kelas I Juanda Surabaya, Pramintohadi Sukarno, mengatakan meski pencarian sudah dilakukan 24 jam tapi jajarannya masih optimistis pesawat beserta penumpang ditemukan. "Semua masih memungkinkan," katanya dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya pencarian Senin (29/12) sekitar 22 kilometer di laut di sekitar Tanjung Pandan.
Air Asia QZ8501 yang hilang membawa 155 penumpang, terdiri dari 137 penumpang dewasa, 17 anak-anak dan 1 bayi serta 7 kru.
Dari total penumpang, sebanyak 149 warga negara Indonesia, 1 dari United Kingdom, 3 Korea Selatan, 1 Malaysia dan 1 Singapura. Adapan dari 7 kru pesawat, 1 orang berkewarganegaraan Perancis dan 6 warga negara Indonesia.