Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Ekspor Impor Industri Susut

Selama Januari - September 2014 ada penurunan defisit ekspor dan impor produk industri sebesar 67,7%. Pada periode yang sama tahun lalu defisit sebesar US$16,13 miliar, sedangkan pada tahun ini US$5,22 miliar.
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Selama Januari - September 2014 ada penurunan defisit ekspor dan impor produk industri sebesar 67,7%. Pada periode yang sama tahun lalu defisit sebesar US$16,13 miliar, sedangkan pada tahun ini US$5,22 miliar.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ansari Bukhari berpendapat impor yang besar tidak selamanya bermakna negatif. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas industri bergeliat sehingga membutuhkan lebih banyak bahan baku dan penolong serta barang modal dari luar negeri.

Namun penyusutan defisit ekspor imporpun tak bisa begitu saja dimaknai bahwa industri penunjang domestik tumbuh, sehingga kebutuhan bahan baku dan penolong serta barang modal bisa disuplai dari dalam negeri.

"Bisa saja impor mengecil karena orang menahan diri dalam membeli barang modal, mungkin barang modal lama baru dipasang jadi tidak beli dulu," katanya, akhir pekan ini.

Ekspor produk industri pada Januari - September 2014 sebesar US$87,85 miliar. Nilai ini naik 5,45% terhadap periode yang sama pada tahun lalu. Ekspor produk industri setara dengan 66,20% dari total ekspor nasional.

Sementara untuk impor produk industri selama sembilan bulan pertama tahun ini tercatat US$93,07 miliar. Jumlah ini turun 6,41% ketimbang realisasi periode yang sama tahun lalu.

Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan realisasi rencana jangka panjang dan menengah pembangunan industri tak mudah dicapai. Kerap kali untuk merealisasikan target yang ada terhambat dengan kepentingan kementerian lain.

"Dalam penyelesaian masalah kadang ada dalam kewenangan instansi lain juga. Kita mau lari kencang tetapi terbentur dengan instansi lain," tuturnya.

Pertentangan antarkementerian dan lembaga negara, contohnya, terlihat dalam pemberian kelonggaran fiskal untuk investor. Oleh karena itu pada tahun-tahun mendatang Saleh harus siap adu argumen dengan Kementerian Keuangan, misalnya, dalam merealisasikan insentif bagi investor.

Apalagi pada era kepemimpinannya pada 2015, pertumbuhan industri nonmigas bertumpu kepada peningkatan penanaman modal bukan perluasan pasar. Guna menjaring investor dan merealisasikan target investasi Rp270 triliun, RI harus mampu merangsang minat pemilik kapital membenamkan modalnya di Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper