Bisnis.com, SINGAPURA-Ketentuan batas ketinggian air ekosistem gambut mengancam produktivitas lahan hutan tanaman industri yang dikelola APRIL.
APRIL atau Asia Pacific Resources International Limited adalah produsen kertas milik Sukanto Tanoto yang mengusai hak pengelolaan HTI seluas 1 juta hektare di Pangkalan Kerinci, Riau melalui PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP).
Presiden Direktur APRIL Kusnan Rahmin mengatakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah no. 71/2014 akan menghentikan produksi seluruh lahan HTI yang dikelola RAPP.
Aturan tersebut mengharuskan budidaya di lahan gambut dilakukan dengan tingkat genangan air 40cm atau lebih. Kondisi tersebut, menurut Kusnan, mematikan bagi seluruh pohon di lahan HTI.
“Permukaan air itu, itu otomatis akasia tidak akan tumbuh. Jadi pohon akasia itu hidup di kisaran kedalaman air tertentu, kalau dipaksa dinaikan dia tidak bisa hidup,” katanya dalam acara dialog direksi Royal Golden Eagle dengan jurnalis., Kamis (4/12/2014).
Kusnan meminta pemerintah mempertimbangkan kembali PP yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir masa pemerintahannya.
Dukungan pemerintah, tegasnya, sangat penting untuk mendukung industri pulp dan kertas Indonesia yang sekarang memiliki posisi paling strategis untuk memenuhi pertumbuhan permintaan China.
RGE melalui APRIL dan Asia Symbol saat ini adalah produsen pulp serat pendek terbesar kedua dunia dengan kapasitas produksi hampir mencapai 3,67 ton.
Posisi APRIL di Indonesia dan Asia Symbol di China memberikan kedua perusahaan keuntungan logistik dalam memenuhi permintaan pasar China yang diperkirakan melebihi 10 juta ton pada 2016.
Perusahaan pulp lain yang termasuk dalam lima besar produsen terbesar dunia berlokasi di Amerika Selatan. Pengiriman pulp dari Amerika Selatan membutuhkan 40 – 60 hari untuk mencapai China, sedangkan waktu kirim dari Indonesia hanya membutuhkan 7–10 hari.
Iklim tropis Indonesia juga memberikan HTI Indonesia waktu tumbuh yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan hutan di iklim lain. Waktu panen akasia dan eucalyptus di Indonesia hanya 6 tahun dibandingkan 20–25 tahun di negara beriklim subtropis.
Kusnan menambahkan perusahaan pengelola HTI seperti RAPP juga memiliki standar dan rekam jejak yang baik dalam eksploitasi sumber daya alam berkelanjutan.
Permasalahan deforestasi yang banyak disuarakan LSM, menurutnya, lebih banyak disebabkan oleh pembukaan lahan perkebunan sawit dan pertambangan.
“Banyak isu perusahaan kami bakar hutan sendiri, pasti kami tidak akan lakukan itu, kalau kami melakukan itu agak konyol yah, karena itu seperti membakar aset kami, yang ada malah kami habis-habisan menjaga,” kata Kusnan.