Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian menilai adiksi terhadap bahan baku dan penolong impor sukar ditepis lantaran ketidaan pasokan dari dalam negeri.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan strategi penumbuhan industri bahan baku dan penolong harus diintensifkan. Hal ini bertujuan merangsang perkembangan industri hulu dan penunjang guna menekan ketergantungan terhadap barang impor.
"Untuk menumbuhkan industri bahan baku dan penunjang [perlu] penguatan industri hulu yang menghasilkan bahan baku untuk kegiatan industri andalan maupun pendukung," tuturnya, di Jakarta, Jumat (28/11/2014).
Adapun industri hulu yang menjadi prioritas ialah sektor agro, mineral tambang, serta migas plus petrokimia. Hal ini tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) 2015 - 2035.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat selama separuh pertama tahun ini porsi impor bahan baku dan penolong senilai US$42,80 miliar (68,50%). Adapun 23,74% lainnya barang modal US$14,83 miliar, dan barang konsumsi US$4,85 miliar (7,76%).
Sepanjang tahun lalu impor bahan baku dan penolong merupakan yang terbesar mencapai US$89,54 miliar (68,14%). Sementara impor barang modal US$31,49 miliar (23,96%), dan barang konsumsi US$10,37 miliar (7,89%).
"Untuk mendukung tumbuhnya industri hulu perlu dukungan insentif," ujar Saleh.
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri (BPKIMI) Kemenperin memproyeksikan hingga lima tahun mendatang industri pendukung belum berkembang signifikan. Ketergantungan terhadap impor bahan baku dan penolong diperkirakan tetap di level 60% - 70% dari kebutuhan.