Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Eksportir Sayuran & Buah Indonesia berharap subsektor hortikultura dapat memperbaiki proses produksi di tingkat hulu guna meningkatkan daya saing dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir tahun depan.
Ketua AESBI Hasan Johnny Widjaja mengatakan perbaikan kualitas, kontinuitas dan kuantitas bisa membuat produk hortikultura menjadi kompetitif dalam menghadapi MEA mengingat importasi pada subsektor itu masih tinggi.
“Perbaikan kualitas menuju good agricultural practices, selama ini kendala di lapangan itu penggunaan pestisida tidak sesuai dan bibit tanaman yang dipakai tidak produktif,” katanya dalam Seminar Daya Saing Industri Hortikultura Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Selasa (25/11/2014).
Badan Pusat Statistik merilis neraca ekspor-impor komoditas dalam subsektor ini ini selalu defisit dalam empat tahun terakhir. Hingga Mei 2014, defisit neraca perdagangan subsektor hortikultura mencapai US$ 539.078.000.
Johnny mengatakan untuk menyambut MEA, pemerintah harus menyetop impor komoditas yang masih bisa diproduksi dalam negeri, kecuali komoditi yang sulit ditanam seperti bawang putih.
“Bagaimana caranya kita tidak impor produk yang masih bisa hasilkan produksinya secara massal, karena kita siap atau tidak harus menghadapi MEA,” katanya.
Johnny melanjutkan perlakuan dalam pengangkutan barang harus di perhatikan. Selama ini, pengangkutan komoditi hortikultura masih asal-asalan sehingga merusak buah atau sayuran yang bahkan belum di pasarkan.
Dia juga mengatakan peran Pemerintah masih lemah dalam menetapkan kawasan khusus komoditas hortikultura. Padahal, kontinuitas dan kuantitas diperlukan untuk terus memasarkan buah dan sayuran ke pasar internasional.
“Seharusnya ada kawasan untuk alpukat, misalnya 200 hektar agar pasokan ini terus terjamin,” katanya.