Bisnis.com, JAKARTA -- Aktivitas ekspor impor di pelabuhan Tanjung Priok mengalami kelesuan belakangan ini, terhitung sejak memasuki awal bulan Oktober (triwulan ke empat) 2014.
Sekitar 30% armada pengangkut barang dan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok menganggur atau tidak beroperasi menyusul terus merosotnya kegiatan perdagangan ekspor impor maupun antar pulau melalui pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
Ketua Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Organda Provinsi DKI Jakarta Gemilang Tarigan mengatakan, biasanya terdapat 14.000-an armada trailler berbagai ukuran yang melayani pengangkutan peti kemas maupun distribusi dari dan ke pelabuhan Priok setiap harinya.
“Namun dengan menurunnya kegiatan perdagangan melalui pelabuhan Priok sejak triwulan terakhir tahun ini, sekitar 30% armada nongkrong di garasi sudah lebih sebulan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (11/11/2014).
Dia mengatakan, kondisi tersebut sangat memengaruhi cashflow usaha trucking di Pelabuhan Priok, dan apabila situasi tidak berubah hingga akhir tahun dikhawatirkan perusahaan trucking tidak mampu membayar cicilan armada dan kesejahteraan para pengemudinya.
“Memang situasi perdagangan yang sedang lesu di Priok ini juga dipengaruhi kondisi perdagangan di tingkat global termasuk pengaruh fluktuasi dolar terhadap mata uang rupiah saat ini,”paparnya.
Gemilang mengatakan, saat kondisi aktivitas di Pelabuhan Priok sedang sepi hendaknya pemerintah menggenjot penyelesaian pembangunan akses tol langsung pelabuhan Priok yang akan terkoneksi dengan Jakarta outer ring road (JORR).
“Begitupun dengan manajemen Pelabuhan Priok agar membenahi dan melakukan peningkatan infrastruktur dermaga maupun lapangan penumpukan,”ucapnya.
Gemilang mengatakan, Angsuspel Organda DKI juga mendesak supaya diterapkan sistem penjadwalan keluar masuk trailler di pelabuhan Tanjung Priok atau truck booking return cargo system (TBRS) untuk menjaga kestabilan market perusahaan angkutan di pelabuhan Priok.
“TBRS selain menjaga kestabilan market angkutan juga bisa mengurangi tingkat kepadatan di jalan raya karena trailler yang masuk pelabuhan sudah terjadwal dengan baik,”paparnya.
Selain sistem TBRS tersebut, kata dia, Pelindo II/IPC juga agar menyiapkan lahan parkir sementara sebagai areal tunggu trucking sebelum masuk ke pelabuhan.
”Sistem TBRS di Priok itu sudah digagas sejak setahun lalu oleh Pelindo II tetapi sampai sekarang belum direalisasikan,” paparnya.
Dirut IPC/Pelindo II, RJ Lino mengatakan, sistem TBRS di Pelabuhan Priok akan diimplementasikan pada 2015.
“Teknologi untuk mendukung itu (TBRS) sedang dipersiapkan, kan itu pakai teknologi yang harus bisa men-support semua aspek. Targetnya 2015 sudah jalan,”ujarnya.
Data Pelindo II/IPC yang diperoleh Bisnis menyebutkan, selama Januari-September 2014 arus peti kemas melalui Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 4.566.495 twentyfoot equivalent units (TEUs) setara 3.404.669 boks, atau turun 11,9% dibanding periode yang sama tahun 2013 sebanyak 5.187.606 TEUs (3.866.879 boks).
Arus peti kemas selama sembilan bulan pertama 2014 itu berasal dari Jakarta International Container Terminal (JICT) 1.793.174 TEUs atau setara 1.208.751 boks, TPK Koja 661.401 TEUs (445.184 bok) dan Terminal Peti Kemas Tanjung Priok sebanyak 2.111.920 TEUs atau setara 1.750.734 boks.