Bisnis.com, DENPASAR - Gabungan Usaha Wisata Bahari dan Tirta atau Gahawisri menargetkan share wisata bahari terhadap total kunjungan wisman ke Indonesia meningkat meningkat menjadi 50%, dari tahun lalu hanya 32%.
Didien Junaedy, Sekjen Gahawisri, mengatakan peningkatan itu untuk mengimbangi target kunjungan wisman yang ditetapkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla sebesar 20 juta orang dalam tempo lima tahun mendatang.
“Ide presiden harus didukung. Jokowi targetkan 20 juta pada 2020, itu tanggung jawab bersama, tantangannya besar karena sekarang saja belum sampai 10 juta wisman,” jelasnya ditemui usai Musda Gahawisri Bali, Sanur, Denpasar, Kamis (30/10/2014).
Guna memenuhi target itu, Gahawisri berencana akan mempromosikan potensi wisata pesisir ke mancanegara. Pihaknya juga akan menggandeng pemerintah daerah untuk lebih banyak memberikan alternatif lokasi wisata baru yang dapat dipromosikan.
Namun, kendati optimistis akan mampu meningkatkan share wisman bahari dan tirta, pengusaha meminta tiga syarat kepada pemerintah pusat dan daerah guna membantu mereka.
Pertama, menyangkut problem infrastruktur di daerah pulau-pulau yang memiliki potensi wisata bahari, tetapi sejak 15 tahun tidak tersentuh. Menurutnya, masih sangat banyak obyek wisata bahari dan tirta yang susah untuk dijangkau wisatawan, kalaupun bisa harus mengeluarkan dana sangat besar.
Infrastruktur itu tidak hanya jalan raya, tetapi bandar udara, dan dermaga laut serta dermaga penghubung ke pulau-pulau kecil yang memudahkan akses. Termasuk ketersediaan fasilitas sanitasi dan air bersih, karena merupakan salah satu kebutuhan pokok.
“Indonesia kan bukan hanya Bali, kalau di sini sudah sangat baik infrastrukturnya, tetapi bicara Indonesia masih sangat banyak belum layak akses jalan menuju daerah tersebut,” jelasnya.
Kedua, mengenai pengemasan produk oleh pemerintah daerah. Beberapa pimpinan daerah yang ditemui pengusaha selalu mengatakan daerahnya memiliki potensi laut cukup baik untuk dipasarkan, tetapi kebanyakan bingung ketika ditanya keunggulan lokasi yang berniat dipasarkan.
Selain itu, meskipun menawarkan untuk dipasarkan, ada daerah yang belum memberikan kemudahan dalam hal perizinan kepada investor. Terakhir menyangkut perihal sumber daya manusia, yakni kesusahan mendapatkan tenaga berkualitas di daerah terpencil.
“SDM tidak gampang, kalau Bali tidak masalah, tetapi mengembangkan pariwisata di Indonesia misalnya tanpa guide yang paham jelas tidak gampang,” tuturnya.