Bisnis.com,JAKARTAAsosiasi Bunga Indonesia menilai pemerintah perlu mendorong pembuatan pasar baru untuk mendorong industri florikultura.
Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo) Glen Pardede mengatakan produksi lokal florikultura masih sangat terbatas padahal pasar florikultura dalam dan luar negeri sangat berpotensi.
Membuat banyak tempat untuk demo tanaman bunga di perkotaan. Membuat udara segar dan bertumbuhnya industri florikultura. Juga akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani, ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (21/10/2014).
Dorongan pembuatan pasar baru, lanjutnya, dapat dimulai dengan mengedukasi pasar itu sendiri, seperti menanam bunga atau tanaman hijau di semua sekolah atau perkantoran pemerintah.
Menurutnya, hal tersebut mengimplementasikan Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di setiap kota harus sebesar 30% dari luas kota tersebut.
Bila pasar bertumbuh, produksi meningkat, harga turun, pasar bertambah besar, produksi bertambah banyak. ini terus akan bergulir ke arah positif, katanya.
Dia menambahkan pasar lokal terus bertumbuh sekitar 5%-7% per tahun. Namun, pasar ini banyak dikuasai oleh produk impor untuk memperbanyak produksi, seperti anggrek atau lily.
Terbatasnya produk lokal, lanjutnya, menyebabkan harga bunga lokal pun masih terbilang mahal. Oleh karena itu, dia mengatakan perlunya meningkatkan pasar dan produksi untuk menekan harga yang mahal tersebut.
Selain pasar lokal atau dalam negeri, pasar luar negeri pun memiliki potensi yang besar. Menurutnya, pasar luas negeri mencapai nilai US$60 miliar.
Namun, dia mengatakan Indonesia belum berpartisipasi dalam pasar luar negeri tersebut. Selain karena kualitas produksi kita yang rendah juga belum fokus menggarap pasar ini. Seperti pasar daun, lebih banyak menggunakan produk dari hutan, bukan hasil budi daya, ujarnya.