Bisnis.com, SEMARANG— Nilai investasi dalam proyek lanjutan pembangunan tol Bawen-Solo diprediksi bakal naik sekitar 40% karena pengaruh rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang berdampak pada melonjaknya harga bahan baku material.
Direktur Teknik dan Operasi PT TMJ Ari Nugroho mengatakan perhitungan awal nilai investasi untuk tol Semarang-Solo sebesar Rp5 triliun yang diperoleh dari pinjaman perbankan. Namun adanya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan rencana kenaikan harga BBM, kata dia, berdampak pada kenaikan investasi proyek tersebut.
“Otomatis harga bahan baku material dan upah ikut naik. Kalau prediksi [investasi] awal sekitar Rp5 triliun, mungkin investasi tahun depan bisa bertambah menjadi Rp7 triliun,” kata Ari kepada Bisnis, Selasa (14/10/2014).
Kenaikan tarif energi dan harga BBM, ujarnya, berpengaruh besar terhadap membengkaknya biaya produksi mulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok baik pasir, semen dan batu kerikil.
Selain itu, ujar Ari, molornya pembangunan tol Bawen-Solo membuat PT TMJ merugi sebesar Rp140 miliar. Kerugian itu dihitung dari setoran pokok dan bunga dari total piutang sebesar Rp5 triliun.
Dia membeberkan setoran pokok dimulai sejak tol Semarang-Bawen dan Semarang-Ungaran beroperasi pada tahun lalu. Di sisi lain, pendapatan dari operasional tol sebesar Rp9 miliar/bulan diyakini belum mampu menutup defisit angsuran per bulan.
“Bayangkan, setiap bulan kami harus setor Rp15 miliar hanya untuk bayar bunga, sedangkan angsuran pokok per tiga bulan sebanyak Rp50 miliar,” tutur Ari.
Saat ini, lanjut Ari, pihak manajemen TMJ berupaya melakukan efisiensi dengan menekan biaya operasional supaya angka kerugian tidak membengkak. Dia mengakui kerugian akan berlangsung hingga tujuh tahun pertama beroperasinya proyek tol tersebut.
Pihaknya berharap proses pembebasan lahan akan selesai pada akhir tahun ini, sehingga proses lelang bisa dimulai secepatnya.
“Sampai saat ini proses proyek lanjutan pembangunan tol belum mulai. Kalau lahan sudah bebas, akhir tahun baru mulai lelang,” katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada tiga kepala daerah yang wilayahnya terkena proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo ruas Bawen-Solo untuk membantu dalam proses percepatan pembebasan lahan.
Pihaknya mengaku telah berkomunikasi dengan Bupati Semarang, Wali Kota Salatiga, dan Bupati Boyolali dalam upaya melakukan pendekatan terhadap warga yang lahannya terkena dampak proyek tersebut.
Gubernur menyampaikan belum menerima laporan secara resmi terkait kesulitan yang ditemui tim pembebasan tanah dan kemungkinan mundurnya pengerjaan fisik proyek pembangunan Jalan Tol Bawen-Solo.
Menurut dia, proses pembebasan tanah yang berjalan lama itu berkaitan dengan bagaimana meyakinkan masyarakat agar mau melepas tanah miliknya sehingga diperlukan berbagai pendekatan serta penjelasan kepada yang bersangkutan.
"Kunci utamanya adalah komunikasi. Warga butuh penjelasan dan pendekatan secara kekeluargaan karena masyarakat sudah rasional serta pasti memahami soal itu," ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sri Puryono memaparkan alotnya pembebasan lahan membuat Pemrov Jateng bakal membawa persoalan itu ke ranah hukum. Pihaknya menargetkan akhir tahun ini semua pembebasan lahan tol ruas Bawen-Solo bisa selesai 100%.
“Jika pembebasan lahan belum selesai, kita akan tempuh jalur konsiyasi melalui pengadilan,” tuturnya.
Dia mengungkapkan proses pembebasan tanah milik warga yang terkena proyek pembangunan Jalan Tol Bawen-Solo di Kabupaten Semarang baru 13%, Kota Salatiga 76%, dan Kabupaten Boyolali 23%.
Menurut dia, proses pembebasan tanah di masing-masing kabupaten itu harus mencapai 75% agar pengerjaan fisik Jalan Tol Bawen-Solo dapat dimulai pada awal 2015.
"Ketiga wilayah tersebut akan dipercepat pembebasan tanahnya dan kami akan memanggil pihak terkait untuk membahas percepatan itu," ujarnya.