Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengatakan kontroversi mengenai pendataaan selalu terjadi dalam penentuan kuota importasi beras.
Menurutnya, dengan surplus beras setiap tahunnya yang disampaikan Pemerintah, seharusnya impor tidak lagi dilakukan.
"Yang selalu jadi pertanyaan, kalau surplus beras itu kemana? impor kita tetap ada pada tahun lalu. kalau data ini benar (data BPS) , itu tidak terjadi," katanya.
Sebelumnya, Bulog menyatakan tetap mengimpor 175.000 ton beras Thailand dan 350.000 ton beras Vietnam jenis beras medium dan premium untuk menjaga stabilitas dan ketahanan pangan nasional. Padahal, pemerintah menyatakan surplus pangan diperkirakan terjadi.
Selain itu, Khudori mengatakan sangat penting memastikan penyerapan beras yang dilakukan Bulog maksimal pada masa panen raya, yaitu pada bulan April dan Mei.
Dia mengatakan apabila penyerapan Bulog rendah pada masa beras sedang melimpah itu, dipastikan sebelum akhir tahun Bulog akan mengimpor beras dalam jumlah besar.
“Seharusnya 60-65% paling maksimal bisa diserap pada bulan April-Mei, atau pada masa panen raya, sehingga kita tidak perlu impor karena memanfaatkan penyerapan pada saat itu,” katanya.
Dia mencontohkan pada tahun sebelumnya, sampai panen raya berakhir penyerapan beras tidak melebihi angka maksimal tersebut.