Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UU PARIWISATA CHINA: Biro Perjalanan Keluhkan Persyaratan Pemandu

Kalangan pelaku usaha mengaku masih sulit memenuhi persyaratan terkait dengan penggunaan pemandu wisata berlisensi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Pariwisata China.
Tembok China andalah destinasi negara Tirai Bambu/World Press
Tembok China andalah destinasi negara Tirai Bambu/World Press

Bisnis.com,  NUSA DUA—Kalangan pelaku usaha mengaku masih sulit memenuhi persyaratan terkait dengan penggunaan pemandu wisata berlisensi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Pariwisata China.

Eddy Sunyoto, Kepala Pemasaran dan Promosi Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (Asita), mengungkapkan para pelaku usaha biro perjalanan pada dasarnya sangat siap menghadapi implementasi UU Pariwisata China yang sudah berlaku sejak Oktober tahun lalu itu.

 Produk hukum pariwisata itu, menurutnya, sangat membantu kelangsungan industri biro perjalanan domestik yang menyasar wisatawan China lantaran menjadi dasar regulasi bagi bisnis turisme.

“Kami sebetulnya sudah sangat siap sejak awal untuk menghadapi implementasi UU ini. Hanya sayangnya, masih ada yang masih sulit dipenuhi, yaitu soal tour guide yang harus berlisensi,” ujarnya di sela-sela acara sosialisasi UU Pariwisata China, Kamis (9/10/2014).
 

Dia mengakui saat ini tidak semua pemandu wisatawan China yang  beroperasi di Tanah Air, terutama di Bali, sudah memenuhi persyaratan tersebut.        

“Tuntutan UU itu adalah tour guide yang berlisensi, mahir, dan berkompeten. Persoalan ini yang memang harus dibenahi sesegera mungkin apalagi di tengah lonjakan kunjungan wisatawan dari China,” terangnya.        

Sementara itu, Kepala Biro Humas Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali Amos Lillo mengungkapkan dari tahun ke tahun, kunjungan wisman China di Bali terus meningkat.

Namun, sayangnya, peningkatan jumlah wisman asal China itu tidak diikuti oleh ketersediaan pemandu wisata yang berbahasa mandarin.  

"Guide yang berbahasa mandarin sangat kurang. Padahal, kebutuhannya cukup banyak. Alhasil, celah ini dimanfaatkan oleh tour guide ilegal. Untuk yang ilegal, kami tidak bisa menjamin kualitasnya,” ungkap Amos.
 
Esty Reko Astuty, Dirjen Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam sambutannya mengatakan sebagai salah pasar wisatawan yang sangat prospektif, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak kunjungan wisman dari negara itu.

 Data Kemenparekraf menunjukkan wisman China yang berkunjung di Tanah Air sepanjang delapan bulan pertama tahun ini nyaris tumbuh 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan kunjungan tersebut tercatat yang paling tinggi dibandingkan dengan empat negara lainnya yang notabene menduduki posisi lima besar negara asal wisman terbanyak yaitu Australia (16,4%); Singapura (12,9%); Malaysia (5,9%); dan Jepang (-1,58%).

“Ini potensi yang luar biasa dan harus dimanfaatkan. Sekarang ini jumlah kunjungan sudah hamper mendekati 700.000. Sampai akhit tahun, ditargetkan satu juta kunjungan,” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper