Bisnis.com, MAKASSAR - Kebijakan pelarangan ekspor bijih mineral tambang oleh pemerintah memicu penyaluran kredit untuk sektor pertambangan terus menurun di Sulawesi Selatan.
Suhaedi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulampua, menerangkan kebijakan tersebut mengakibatkan kinerja bisnis penyewaan alat berat maupun mesin konstruksi tambang turun signifikan pada tahun ini.
Berdasarkan data bank sentral, hingga Agustus 2014 penyaluran kredit untuk sektor pertambangan di Sulsel turun hingga 8,57% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp539,05 miliar dengan kecenderungan penurunan penyaluran setiap bulan.
"Sektor pertambangan Sulsel terus melambat pada tahun ini setelah ada kebijakan itu, indikatornya tercermin dari penyaluran kredit sektor itu yang terus tumbuh negatif," katanya, Selasa (7/10/2014).
Menurut Suhaedi, penurunan kinerja sektor pertambangan Sulsel juga ditandai dengan aktivitas sejumlah perusahaan tambang yang mengurangi bahkan menghentikan produksi setelah kebijakan pelarangan ekspor bijih mineral diberlakukan awal tahun ini.
Sebagai gambaran, lanjutnya, penyaluran kredit pertambangan pada tahun lalu mencapai Rp610,68 miliar, namun terus mengalami penurunan setelah regulasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral.
"Kecenderungannya terus menurun, posisi Desember 2013 lalu penyaluran kredit sektor ini sebesar Rp610,68 miliar dan hingga Agustus 2014 posisinya di Rp539,05 miliar," kata Suhaedi.
Sedangkan untuk penyaluran kredit untuk pelaku usaha pertambangan dengan klasifikasi UMKM anjlok hingga 13,95% (YoY) pada Agustus 2014 menjadi Rp197,21 miliar.
Selain kredit pertambangan, sejumlah sektor ekonomi lainnya mencatatkan perlambatan penyerapan kredit dari perbankan pada tahun ini, seperti industri pengolahan yang turun 14,87% dan jasa dunia usaha 6,35%.
Kendati demikian, kinerja ekspor komoditas pertambangan khususnya nikel tetap menunjukkan pertumbuhan pada Januari-Agustus 2014, meski cenderung kecil.
Berdasarkan data BPS Sulsel, nila ekspor komoditas nikel Sulsel pada periode tersebut mencapai US$672,19 juta, tumbuh 5,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$639,67 juta.
Adapun, nikel menjadi komoditas ekspor utama dan andalan Sulsel dengan kontribusi mencapai sekitar 60% terhadap total nilai ekspor daerah ini.