Bisnis.com, SEMARANG—Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah optimis industri jasa pengiriman dan logistik tahun ini tumbuh 18% seiring dengan pembenahan infrastruktur di wilayah ini.
Ketua Asperindo Tony Winarno menyatakan pertumbuhan ini lantaran akses transportasi kereta api semakin mudah dengan berfungsinya double track di wilayah pantai utara (pantura).
“Secara keseluruhan [industri jasa pengiriman] di Jateng tumbuh 18%,” papar Tony kepada Bisnis, Senin (22/9).
Dia mengakui waktu tempuh menggunakan kereta api lebih cepat daripada truk. Oleh karena itu, pihaknya mendukung upaya pemerintah membuka double track untuk jalur kereta api yang melintasi wilayah Jawa Tengah sisi selatan.
Tony mengatakan hambatan yang dikeluhkan oleh pelaku usaha jasa pengiriman yakni rusaknya infrastruktur jalan raya, sehingga hal itu membuat pengusaha merugi miliaran rupiah.
Belum lagi, kata dia, amblesnya Jembatan Comal menjelang Lebaran ini merupakan pukulan berat bagi industri jasa pengiriman.
“Hampir tiap tahun infrastruktur jalan raya dibenahi. Sehingga waktu tempuh kendaraan lebih lama karena macet di jalan,” ujarnya.
Pihaknya menginginkan infrastruktur Bandara Ahmad Yani Semarang segera dibenahi secepatnya. Pasalnya, pelaku bisnis mengeluhkan belum maksimalnya rute perjalanan ke beberapa wilayah domestik dan mancanegara untuk perdagangan ekspor dan impor.
“Jika bandara diperluas, pesawat bersayap lebar bisa mendarat di sini. Kita tidak perlu melalui Jakarta,” paparnya.
Ketersedian kawasan berikat di Jawa Tengah, kata Tony, saat ini sekitar 100-an atau lebih banyak dari Jawa Timur yang berkisar 10-an. Dengan kondisi tersebut, menurutnya, Jateng merupakan wilayah dengan potensi pertumbuhan industri.
Beberapa industri yang menjadi produk andalan di Jateng antara lain tekstil dan produk tekstil (TPT), industri mebel dan kerajinan.
“Pengiriman garment dari Jateng ke luar negeri sangat banyak,” katanya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan Jateng sangat potensial untuk mengembangkan dunia usaha. Hal ini didorong dengan ketersedian lahan kawasan industri baru di wilayah Kendal dengan luas sekitar 3.000 hektare.
Tidak hanya itu, kabupaten terdekat dari Semarang juga didorong untuk menyediakan kawasan industri sehingga memacu investor untuk membenamkan modal di wilayah tersebut.
Hal terpenting untuk menunjang pertumbuhan industri, kata Ganjar, yakni perbaikan infrastruktur. Oleh karena itu, pihaknya mengajukan anggaran perbaikan infrastruktur tahun depan sebesar Rp2,1 triliun.
“Anggaran yang telah disetujui sekitar Rp1,2 triliun. Saya bilang masih kurang. Mungkin totalnya dengan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) dan Dinas Ciptakaru menjadi Rp2,7 triliun,” ujarnya.