Bisnis.com, JAKARTA--Penguat bisnis baja bukan cuma terpengaruh efektivitas tata niaga impor baja paduan dari Kementerian Perdagangan. Pasalnya kenaikan harga hot rolled coil (HRC) juga terpengaruh depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Yerry mengatakan beberapa bahan baku mesti dibeli dari luar negeri menggunakan dolar sehingga biaya produksi bengkak.
"Depresiasi rupiah menghambat impor. Pelemahan kurs rupiah ini menghambat keberanian importir mengimpor barang," ujar Yerry, di Jakarta, Rabu (17/9/2014).
Pada sisi lain, suksesi pemerintahan juga menjadi pendorong membaiknya industri baja domestik. Produsen baja di dalam negeri menaruh, imbuhnya, harapan kepada presiden dan wakil presiden terpilih periode 2014 - 2019, sehingga timbul sentimen positif di pasar.
Pelaku industri berharap pembangunan infrastruktur di masa kepemimpinan Joko Widodo - Jusuf Kalla terakselerasi. Walhasil peningkatan kuantitas proyek infrastruktur berbanding lurus dengan kebutuhan logam besi baja.