“Belum dipotong untuk konsumsi dan keperluan ekspor cakalang tanpa diolah. Sampai saat ini, kemampuan kita hanya 45-50% produksi,” katanya di Jakarta, seperti yang dikutip Bisnis, Senin (15/9).
Padahal, dia mengatakan industri pengolahan seharusnya lebih digenjot oleh pemerintah untuk meningkatkan pertambahan nilai, dibandingkan ekspor ikan tanpa diolah.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi cakalang dan tuna mencapai 429.024 pada tahun lalu. Ady berpendapat industri pengolahan idealnya dapat mengolah bahan baku hingga 350.000 ton per tahun.
Hal tersebut juga terjadi pada bahan baku produk olahan ikan sarden, ikan lemuru yang dia akui sulit didapatkan. Tingginya harga harga akibat kelangkaan produk membuat pengusaha lebih memilih untuk ekspansi ekspor, ketimbang harus menjual di pasar lokal.
“Hikmahnya kekurangan bahan baku, kami sekarang genjot ekspor untuk mengamankan usaha. Sarden ini dulu hanya ekspor 10% produksi, tapi empat tahun belakangan kami ekspor sampai 30%,” jelasnya.
Sementara itu, produk olahan tuna berhasil diekspor hingga 80% dari total produksi.
Ady mengatakan pengalengan ikan tuna masih memimpin jumlah produksi dibandingkan ikan sarden.
“Setahun kami memproduksi 3 juta karton. Komposisinya tuna cakalang masih 65%, dan 35% sarden,” katanya.
Pasar baru
Ady melanjutkan bahwa pasar pengalengan ikan akan memasuki tiga pasar baru pada September ini.
“Kita akan masuk ke Afrika, Timur Tengah dan akan menggenjot kembali ke Rusia, yang kran ekspornya dibuka lagi,” katanya.
Dia mengatakan bahwa pengusaha pengalengan ikan tidak hanya fokus pada pasar ekspor, namun juga berkonsentrasi untuk mengamankan pasar lokal jelang Masyarakat Ekonomi Asean.
“Kami tengah mewajibkan SNI dengan produk ikan kaleng, melakukan peningkatan kualitas SDM dari sekolah perikanan, karena standar ini yang membuat kita siap untuk terus bersaing menyambut MEA,” katanya.
Adapun dia menambahkan bahwa terdapat dua pabrik baru pengolahan yang kini ikut berkontribusi memasok produk olahan kaleng ke pasar.
“Di Bitung dan di Bali yang dibuka tahun ini. dari 36 pabrik, kini menjadi 38,” tutupnya.