Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah diminta mewaspadai sinyal kuat akan terjadinya kenaikan harga beras dalam waktu dekat hingga akhir tahun ini, sejalan dengan harga gabah yang kembali merangkak naik mulai dari tingkat petani hingga penggilingan.
Harga jual gabah kering panen (GKP) Agustus di tingkat petani, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), naik 1,77% menjadi Rp4,170,35/kg dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, di tingkat penggilingan harga GKP naik 1,86% menjadi Rp4.249,30/kg.
Pada periode yang sama, rerata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani membengkak 0,73% menjadi Rp4.630,94/kg, sedangkan di tingkat penggilingan melejit 0,87% menjadi Rp4.712,52/kg.
Ketua DPP Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Nellys Sukidi menerangkan bahwa secara rumus kenaikan harga gabah dari sawah maupun dari penggilingan akan berbanding lurus dengan lonjakan harga beras di tingkat eceran.
Pasalnya, kata Nellys, kenaikan harga GKP dan GKG memaksa perusahaan beras membeli gabah dengan harga lebih mahal. Secara hukum ekonomi, pengeluaran belanja yang lebih besar akan membuat harga jual yang dibebankan kepada konsumen menjadi lebih tinggi.
“Jadi kalau [harga] GKP atau GKG ada kenaikan, tentu efeknya juga akan ada kenaikan harga di beras. Itu sudah pasti. Permasalahannya, hukum pasar berlaku. Tidak selalu serta merta harganya langsung naik,” tutur Nellys kepada Bisnis.com, Selasa (16/9/2014).
Meradangnya harga komoditas pangan terpokok di Tanah Air tersebut diproyeksi terjadi November-Januari. Menurut Nellys, satu-satunya strategi mutlak untuk mengantisipasinya adalah melalui peran pemerintah dalam menjaga cadangan beras pemerintah (CBP).
“Sekarang tinggal bagaimana kesiapan pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga [beras] tersebut. Salah satunya adalah sampai sejauh mana tingkat buffer stock yang dimiliki oleh pemerintah itu akan berdampak terhadap kondisi harga yang ada.”
Menurut Nellys, untuk sementara ini harga beras di pasaran masih stabil. “Namun, yang namanya kenaikan harga beras itu tidak bisa diprediksi dengan akurat. Hari ini kita proyeksi tidak akan naik, tapi ternyata sepekan atau dua pekan kemudian harganya tinggi.”
Berdasarkan pengamatan DPP Perpadi, kenaikan harga komoditas paling sensitif di Indonesia itu sudah mulai tampak di beberapa daerah, seperti Jawa Tengah. Musim kering yang memengaruhi produktivitas gabah telah mengerek harga beras sekitar Rp100-Rp200 per kg.
Apabila musim kering semakin parah, kenaikan harga beras diprediksi dapat menembus 15%. Sementara itu, harga gabah dari petani di beberapa kawasan seperti Semarang terpantau sudah melebihi standar yang normalnya hanya Rp6.600/kg.
Pada saat bersamaan, Nellys memprediksi tren kenaikan harga GKP dan GKG bakal terus berlanjut hingga awal 2015. Kondisi tersebut didukung dengan prediksi terjadinya gelombang panas El Nino yang menurunkan produktivitas padi.