Bisnis.com, NEW YORK - Sebuah uji coba menunjukkan bahwa monyet yang terinveksi Ebola 5 pekan itu mampu bertahan tanpa berkembangnya gejala virus mematikan setelah diberi vaksin eksperintal GlaxoSmithKline Plc.
Hasil positif ini mendorong peneliti untuk melakukan uji coba lanjutan pada manusia.
Temuan itu, yang dilaporkan dalam jurnal Nature Medicine, dalam 2 hari kemudian direspons oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Menurut WHO, langkah pencegahan kemungkinan bisa tersedia secepatnya pada bulan depan untuk para pekerja kesehatan di Afrika Barat.
Afrika Barat adalah kawasan di mana serangan virus Ebola telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Pengujian yang akan dimulai pada sukarelawan itu akan menentukan seberapa aman vaksin tersebut, dan apakah vaksin itu dapat memacu respons yang cukup pada kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit, kata peneliti.
Berdasarkan laporan itu, semua hewan yang disuntik dengan vaksin bisa selamat dari Ebola, sementara mereka yang pergi tanpa pengaman meninggal dalam 6 hari.
Vaksin hasil pengembangan Glaxo yang berbasis di London itu merangsang respons kekebalan dengan menggunakan gen tunggal dari Ebola yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan virus yang kurang berbahaya.
Tujuan dari penelitian ini "adalah untuk menentukan apakah aman, dan menginduksi respons yang Anda prediksi menjadi pelindung," kata Anthony Fauci di National Institutes of Health dalam sebuah wawancara telepon.
Vaksin Glaxo adalah satu penelitian yang paling maju dari 3-4 riset yang dikembangkan, demikian US National Institutes of Health. Pada saat vaksin akan membantu menjaga orang sehat dari serangan penyakit mematikan, sekitar 10 obat sedang diuji menyusul kemungkinan orang terinfeksi penyakit itu.
Salah satunya adalah ZMapp, obat yang dikembangan oleh Mapp Biopharmaceutical Inc. yang diberikan kepada dua orang Amerika yang terjangkit Ebola dan kemudian membaik kondisinya.
Inserm, lembaga kesehatan nasional Prancis, tengah berbicara dengan otoritas kesehatan Guinea tentang percobaan obat dari Fujifilm Holdings Corp dan tekMIRA Pharmaceuticals Corp.
Perluasan penggunaan vaksi akan menjadi sesuatu cara yang masih jauh, kata Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi NIH.