Bisnis.com, BANDUNG - Pengamat Pertanian Universitas Padjadjaran Tarkus Suganda menyatakan kebutuhan regenerasi untuk sektor pertanian sudah sangat mendesak akibat penuaan dan penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM). Krisis ini telah terjadi di beberapa sentra pertanian padi Jabar.
Dia mengungkapkan rendahnya keuntungan usaha di sektor pertanian, menjadi penyebab keengganan anak muda bergelut di sektor pertanian.
Menurut Tarkus, pertanian akan menggiurkan bila kepemilikan lahan dapat memberikan hasil yang dapat menghidupi satu keluarga. Tanah yang tak produktif, lanjut dia, seharusnya juga bisa dialihkan untuk jenis tanaman lain seperti singkong.
"Hasil pertanian warga dapat didorong untuk ditampung wadah serupa koperasi. Bidang ini harus dibuat menarik. Caranya, kita revitalisasi dulu sektor pertaniannya,” kata Tarkus kepada Bisnis.com, Minggu (7/9/2014).
Tarkus memaparkan lebih dari separuh petani Jabar berusia 45-60 tahun. Data di beberapa sentra pertanian, seperti di Cianjur, hanya 7% petani yang berusia kurang dari 30 tahun, 48,5% berusia antara 30-44 tahun, dan 42,2% berusia 45-60 tahun.
Sementara itu, di Karawang hanya 14,2% petani yang berusia di bawah 30 tahun, 60% berusia 30-44 tahun, dan 25,3% berusia 45-60 tahun.
Temuan serupa didapatkan di Sukabumi, 12,5% petani yang berusia kurang dari 30 tahun, 41,7% berusia antara 30-44 tahun, dan 43,7% berusia 45-60 tahun. "Sungguh ironis karena seharusnya jumlah SDM sektor pertanian cukup memadai, rata-rata setiap tahun jumlah lulusan pendidikan tinggi di bidang pertanian mencapai bisa 30.000 orang," tutur Tarkus. (Adi Ginanjar Maulana/Dimas Waradhitya)