Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri pengemasan menilai perputaran bisnis pada 2014 sukar tumbuh 10% terhadap realisasi 2013. Pada tahun lalu omzet tercatat US$5,3 miliar, tumbuh 8% dari US$3,9 miliar pada 2009.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia (FPI) Henky Wibawa mengatakan sebelumnya omzet diperkirakan tumbuh 10% terhadap perolehan tahun lalu. Setelah melihat situasi bisnis domestik selama semester I/2014 persentase itu pesimistis tercapai.
“Ternyata kondisi yang ada tidak demikian [tidak sesuai target]. Jadi tahun ini akan relatif sama seperti dengan 2013 yang tumbuh 8% dari 2009,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (5/9/2014).
Kontribusi paling banyak terhadap omzet tahun lalu berasal dari kemasan fleksibel sebesar 45%. Selain itu ada kemasan berbasis kertas yang berkontribusi sekitar 28%, sedangkan kemasan kaleng cuma di bawah 5%.
Pemanfaatan ruang produksi pabrik kemasan berbasis kertas dan kemasan fleksibel seperti plastik lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lain. Utilisasi pabrik kemasan plastik mencapai 80%, sedangkan yang berbasis kertas karton antara 60% - 70%.
Henky menyatakan produk kemasan berbasis kertas lebih banyak memanfaatkan kertas daur ulang daripada bubur kertas (pulp). Produksi boks karton sepanjang tahun lalu sekitar 3,5 juta ton, sedikitnya 60% dibuat dari kertas daur ulang.
“Perusahaan pulp dan kertas malah mengekspor. Kami untuk boks karton pakai kertas daur ulang bahkan ada yang impor [bahan baku] dalam jumlah tertentu,” ujarnya.
Adapun bahan baku kemasan plastik terkendala pasokan dari hulu. Pasokan dari dalam negeri hanya memenuhi sekitar 50% dari total kebutuhan. Kebutuhan produk ini melambung sejalan laju urbanisasi, peningkatan daya beli masyarakat, dan rendahnya kualitas air bersih di perkotaan.
Pada sisi lain volume ekspor produk kemasan relatif kecil. FPI mencatat volumenya berkisar 10% - 20% dari total produksi selebihnya terserap di dalam negeri. Kondisi ini terpegaruh tren di sektor makanan minuman, misalnya, yang tak terpisahkan dari kemasan.
Lazimnya ekspor kemasan dilakukan sejalan dengan ekspansi usaha mitra bisnis. Contohnya perusahaan A menjalin kontrak dengan produsen kemasan B. Kemudian A membuka pabrik di Malaysia, sehingga kemungkinan B turut memasok kebutuhan kemasan untuk kegiatan produksi di luar negeri itu.