Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri otomotif menyatakan putusnya Jembatan Comal, Pemalang, Jawa Tengah menghambat arus distribusi barang serta berpotensi menaikan biaya operasional.
General Manager External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Teguh Trihono menyatakan mayoritas pelaku industri masih kesulitan menyesuaikan arus distribusi barang akibat proses perbaikan Jembatan Comal yang belum kelar.
Menurutnya, tidak hanya industri otomotif yang merasakan dampak hal tersebut, hampir seluruh pelaku usaha turut terkena imbasnya.
"Banyak yang mengalihkannya ke jalur selatan, tetapi memakan biaya tambahan serta waktu yang lebih lama," ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (27/8/2014)
Dia menguraikan untuk distribusi produk otomotif merk Toyota, sedikit terbantu karena dapat mengandalkan transportasi laut. "Kami membaginya dengan distribusi melalui laut," tambahnya.
Namun demikian, menurutnya, saat ini moda jalan darat masih merupakan andalan bagi aktivitas distribusi barang, termasuk produk otomotif.
Sebaliknya, mengapalkan produk otomotif melalui jalur laut pun tidak mudah. Teguh mengatakan selama ini, pihak TMMIN meski mengantongi izin pengguna jalur hijau di Pelabuhan Tanjung Priok, namun tetap mengalami kesusahan menyalurkan barang hingga ke tempat tujuan.
Beberapa waktu lalu, Manager Corporate Communication PT Honda Prospect Motor (HPM) Yosep Swasono Agus mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, putusnya Jembatan Comal, Jawa Tengah, merupakan ganjalan utama bagi kelancaran distribusi produk Honda.
Bahkan, berdasarkan laporan yang datang dari lapangan, Agus menggambarkan ketersendatan distribusi tergolong parah. “Mobil yang diangkut melalui truk harus diturunkan satu persatu, secara perlahan mobil-mobil itu menyeberangi jembatan, barulah mereka melanjutkan perjalanan,” ujarnya.