Bisnis.com, SURABAYA -- Pemerintah diminta segera bertindak menyiapkan otoritas sumber informasi yang bisa dipercaya dan mampu menenangkan publik terkait isu kelangkaan BBM.
Ketiadaan jaminan keamanan pasok bahan bakar minyak bersubsidi hingga akhir tahun bisa memicu kepanikan massal yang berujung kenaikan harga barang-barang.
Dosen Sosiologi Ekonomi Universitas Airlangga Bagong Suyanto menilai informasi soal kelangkaan pasokan bahan bakar minyak bersubsidi bisa berdampak terhadap harga di pasar.
“Harga psikologis akan naik, kenaikannya mungkin tidak rasional, harga BBM belum naik tapi harga sudah naik lebih dulu,” jelasnya, Selasa (26/8/2014), menggambarkan efek dari tidak adanya jaminan ketercukupan pasokan BBM.
Dia menilai harga psikologis tidak mendasarkan pada perhitungan rasional. Semisal, harga BBM diwacanakan naik 25% maka kenaikan harga barang-barang di pasar bisa melebihi persentase tersebut.
“Butuh otoritas sumber informasi yang bisa dipercaya dan menenangkan publik. Harus ada satu suara," sarannya soal langkah yang bisa ditempuh pemerintah terkait kepanikan warga merespons pengurangan distribusi harian BBM bersubsidi.
Dia menambahkan, "Orang yang punya otoritas harus siap menjamin bahwa sampai akhir 31 Desember BBM tersedia dan harganya tidak naik.”
Sebelumnya, Assistant Manager External Relation Pertamina Marketing Operation Region V Jawa Timur Heppy Wulansari menuturkan perseroan memang sedang mengatur ulang kuota harian. Pasalnya, dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan subsidi BBM turun dari 48 juta KL menjadi 46 juta KL.
“Tahun lalu saja kuota 48 juta KL, sehingga jika tidak kami atur melalui kuota harian sisa kuota tidak akan cukup sampai akhir tahun,” jelasnya.