Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cyprianus Aoer menilai kenaikan harga elpiji 12 kg yang akan diumumkan pemerintah akan sangat merugikan bisnis restoran.
Kerugian terutama akan dialami pemilik restoran kelas menengah ke bawah.
Dia menambahkan, selain terjadinya kenaikan tarif atau harga, pelaku usaha kuliner kelas menengah ke bawah juga diprediksi akan gulung tikar.
"Ini sangat memberatkan, terutama restoran kelas menengah ke bawah. Tentu saja banyak restoran yang akan gulung tikar," ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Terkait kenaikan harga atau tarif restoran, menurut Cyprianus hal itu tidak bisa dihindari. Yang perlu dimaksimalkan adalah pengawasan dan kontrol harga bahan pokok di pasaran oleh pemerintah.
“Pengawsan dan pengendalian harga harus jadi skala prioritas terutama oleh pemerintah baru,” imbuhnya.
Menurut Cyprianus, pemerintah seharusnya bisa memberikan subsidi kepada pelaku usaha kuliner, mengingat bisnis ini berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menambah pendapatan negara.
Cyprianus mencontohkan industri kuliner yang ada di kawasan pariwisata, yang seharusnya juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah, bukan malah dibebani dengan kenaikan harga elpiji.
"Harusnya ada subsidi untuk pelaku usaha ini. Apalagi sekarang minat masyarakat terhadap kuliner sangat tinggi, apalagi kuliner tradisional," kata dia.
Seperti diketahui, Pertamina mengaku mengalami akumulasi kerugian selama hampir 7 tahun hingga lebih dari Rp22 triliun akibat praktik jual rugi elpiji 12kg.
Dalam roadmap yang disusun, Pertamina berencana menaikkan kembali harga elpiji pada Juli, tetapi kembali ditolak pemerintah karena ada Pemilu, hingga mundur ke Agustus.
Namun, dalam roadmap itu disepakati harga naik bertahap dua kali setahun hingga pada 2016 sudah ekonomis setara Rp180.000-an per tabung.