Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

9 Proyek Pembangkit Listrik Panas Bumi Terus Dipantau

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memantau perkembangan sembilan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) kerja sama antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memantau perkembangan sembilan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) kerja sama antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan kesembilan proyek tersebut telah berjalan dan memiliki perkembangan yang baik. Sembilan proyek panasbumi itu memiliki kapasitas 1000 megawatt (MW).

“Sembilan proyek progres lapangan sudah ada meskipun pembicaraan harga antara Pertamina dan PLN belum selesai,” katanya seperti dikutip Bisnis, Kamis (14/8/2014).

Kesembilan proyek tersebut yaitu PLTP Kamojang unit 5 di Jawa Barat, PLTP Karaha Bodas di Garut, PLTP Ulubelu unit 2 dan 3 di Lampung, PLTP Lahendong unit 5 dan 6 di Sulawesi Utara, PLTP Lumut Balai unit 3 dan 4 di Sumatra Selatan, PLTP Hululais unit 1 dan 2 di Bengkulu, PLTP Sungai Penuh unit 1 di Jambi, PLTP Kota Mobagu unit 6 di Sulawesi Utara.

Menurutnya, progres lapangan terlihat dari penggalian sumur di beberapa lokasi untuk memastikan keberadaan panasbumi. Dahlan meminta PLN dan Pertamina mencari terobosan baru bagi pembangkit listrik geothermal itu agar commissioning tepat waktu.

Ditemui pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengungkapkan Pertamina menjelaskan perkembangan di setiap lokasi PLTP. Penjelasan mencakup pengeboran telah menjangkau berapa sumur dan apakah menghasilkan uap.

“Isunya tentang pengeboran bukan harga,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, kesembilan pembangkit geothermal tersebut sempat terkendala kesepakatan harga antara Pertamina dan PLN. Namun, PLN dan PGE akhirnya menyepakati perubahan harga dasar uap panas bumi dan tenaga listrik untuk beberapa lokasi PLTP pada April lalu.

Kesepakatan harga berkisar antara US$0,084–US$0,116 per kilowatt jam (kWh). Khusus untuk PLTP di Sungai Penuh dan Hululais, harga beli uap yang disepakati sebesar US$0,07 per kWh.

Kesepakatan ini, tertuang dalam head of agreement (HOA) yang disepakati antara PLN dan PGE April lalu.

Kesepakatan harga terbagi menjadi dua bagian, yakni harga hulu dan harga hilir. Khusus untuk harga hulu berkisar di angka US$0,07 per kWh. Sementara harga pembelian hulu dan hilir tergantung atas wilayah kerja panas bumi (WKP).

Proyek panasbumi di Sungai Penuh 1 dan 2 serta Hululais 1 dan 2, PLN hanya membeli uap saja.

WKP terbagi atas dua jenis yakni proyek baru (green field) dan pengembangan dari yang sudah ada (extension). Harga extension berkisar di angka maksimal US$0,084 per kWh. Namun, harga green field dipatok maksimal US$0,116 sen per kWh.

Kesepakatan tersebut untuk merevisi kesepakatan sebelumnya pada 2010. Ketika itu, disepakati harga awal uap dan listrik yang dikerjakan PGE dipatok pada angka US$0,05-US$0,08 per kWh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fauzul Muna
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper