Bisnis.com, JAKARTA - Ayam kampung. Meski berasal dari kampung, komoditas ternak ini memiliki permintaan yang cukup tinggi di perkotaan. Khususnya, untuk kalangan yang menjunjung tinggi kebiasaan hidup sehat.
Itulah yang membuat harga ayam kampung lebih mahal dibandingkan dengan ayam ras (broiler). Selain proses pembibitannya yang alami tanpa rekayasa genetik, ayam kampung juga resisten terhadap jenis penyakit menurut pegujian Bio Safety Level.
Hal tersebut dikuatkan melalui Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan Kemeterian Pertanian (Kementan) yang menyatakan kandungan kolesterol untuk ayam kampung 32mg/100gram, berbeda dengan ayam broiler yang 70mg/100 gram.
Adapun, Kandungan residu atau racun yang terkandung dalam ayam kampung sama dengan nol, yang membuat anggapan mengkonsumsi ayam kampung dapat meminimalisir datangnya penyakit adalah benar.
Memang, produksi ayam kampung masih kalah dengan ayam ras (broiler). Dari produksi unggas nasional yang mencapai 2,1 miliar/ekor, ayam kampung baru berkontribusi 11,5% saja pada tahun lalu. Tapi tahukah anda peluang bisnis pembenihan ayam kampung dapat menghasilkan return hingga 100%?
Ade Meirizal, Ketua Himpunan Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), mengatakan permintaan ayam kampung di Indonesia sebenarnya lebih besar, mencapai 25% sampai taun 2019 nanti. Akan tetapi pebisnis masih belum melihat benefit dari usaha yang dapat dilakukan dalam skala menengah hingga atas ini.
“Padahal ayam kampung masuk dalam daftar negatif investasi pemerintah yang berarti usahanya diproteksi pemerintah, usaha ini paling menguntungkan dibanding hewan ternak lainnya karena harganya juga premium,” katanya.
Pemilik ternak Ayam Kampung Ayam Sehat tersebut mengatakan sektor hulu atau produksi ayam kampung selama ini merupakan yang paling menguntungkan, dibandingkan sektor budidaya dan hilir, “Jika skala tinggi atau good breeding practice dapat menghasilkan return hingga 60-70%, sedangkan untuk skala menengah malah bisa dapat 100%,” paparnya.
Mungkin anda akan bertanya, apa perbedaan skala tinggi dan menengah? Mengapa menengah malah bisa menghasilkan keuntungan 100% dari modal dibandingkan yang skala tinggi? Apakah lebih baik memodali bisnis skala menengah saja?
Jawabannya, tergantung kemampuan anda. Memang keuntungan dari skala menengah lebih besar, namun hal tersebut juga selaras dengan jumlah benih ayam kampung itu sendiri. Jumlah pembenihan ayam kampung skala tinggi mencapai 30.000-120.000 per bulan.
Sementara untuk skala menengah, yang dilakukan dengan mesin tetas semi otomatis sendiri di lingkungan masyarakat hanya 300-3.000 ekor per bulan.
Saat ini, usaha skala tinggi di Indonesia masih sangat minim, yakni hanya lima usaha, empat berlokasi di Jawa Barat, sementara 1 di Jawa Timur. Adapun, Ade menjelaskan modal awal berbisnis benih ayam kampung skala tinggi mencapai Rp5 miliar-Rp10 miliar, yang belum termasuk dengan tanah dan bangunan.
“Karena usaha ayam kampung menurut presiden hanya untuk UMKM. Dengan modal Rp8 miliar kita bisa memproduksi setidaknya memproduksi 200ribu ekor doc perbulan, dengan biaya produksi per bulan sekitar Rp420 juta,” jelasnya.
Sehingga pendapatan yang akan diterima tinggal dikalikan saja dengan nilai jual standar doc ke pengusaha budidaya Rp5500, adapun harga pokok sebenarnya Rp3000, “Sehingga bisa didapatkan laba sampai 680.000 juta bersih setelah dikurangi biaya produksi. Kalau pun dikirim untuk keluar Jawa, itu tidak masuk biaya tanggungan” kata Ade.
Untuk skala menengah, karena biaya produksi lebih minimal dalam masalah listrik, gaji pegawai, sampai sewa bangunan, maka harga pokok benih ayam kampung standarnya Rp2500, yang akan dijual ke budidaya Rp5000/doc, “Skala menengah hanya perlu punya 1000 ayam betina, dan 100 ayam jantan. Modal hanya 500 juta dan jumlah produksi mencapai 7500-7800 doc, tinggal dikali 5000 saja,” katanya.
Apalagi, untuk skala menengah biaya operasional hanya mencakup pakan, vaksinasi dan listrik saja yang menurut Ade berkisar Rp17 juta/bulan, ”Sedangkan keuntungan yang sudah dikali tadi Rp37,5 juta, dengan kata lain 100% nya kan,” katanya.
Jadi, yang mana yang sesuai dengan kemampuan finansial anda? Jika anda tertarik Ade mengingatkan lima poin yang harus diperhatikan untuk memulai bisnis ini.
“Yang pertama harus sudah punya lokasi ternak yang jauh dari perkotaan, kedua membangun kandang, lalu menyiapkan fasilitas seperti pemanas dan tempat makan, memperinci biaya operasional sampai menyediakan mesin penyimpanan telurnya,”katanya.
Dia juga mengingatkan kepada pebisnis untuk menyiapkan pemahaman bahwa bio security merupakan yang terpenting dalam perencanaan bisnis guna menjaga kelestarian ayam kampung yang selalu sehat dan berkualitas.
“Aspek kesehatan dinomorsatukan, juga manajemen komposisi pemberian pakan. Kemudian, pebisnis juga harus selalu mendata total kematian dan kelahiran sehingga tingkat kematian akan resiko wabah hanya mencapai 3-5%, jika bio security tidak diterapkan akan mencapai angka yang lebih tinggi,” katanya.
Jadi, tertarik untuk mencoba?
Skala | Modal awal | Jumlah Produksi | Return (kotor)/ bulan |
Tinggi (GBP) | Rp 8 Miliar | 200.000/doc | Rp 420 juta |
Menengah | Rp 500 juta | 7.500/doc | Rp 37,5 juta |
Sumber : Himpuli
Pebisnis Awal Siapkan Ini :
1. Menyiapkan lokasi ternak yang jauh dari perkotaan
2. Membangun kandang sesuai dengan skala yang dipilih
3. Menyediakan fasilitas : pemanas dan tempat makan
4. Menghitung biaya operasional, mulai dari gas untuk pemanas, pakan, vaksin, probiotik dan herbal lainnya, ongkos kerja (pegawai), air bersih.
5. Menyediakan mesin untuk penyimpanan telur