Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mangga gedong/Bisnis
Mangga gedong/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON—Ekspor mangga gedong gincu dari Cirebon Jawa Barat pada Juli-Agustus 2014 mengalami penurunan sebanyak 50% bila dibanding ekspor pada bulan yang sama tahun lalu yang mencapai 80-90 ton/bulan.

Anjloknya ekspor mangga gedong gincu selama Juli-Agustus 2014 dipicu oleh turunnya produksi petani lokal dan sedang berlangsungnya panen raya mangga di negara tujuan ekspor seperti Pakistan dan India.

Ahmad Abul Hadi Dirut CV Sumber Buah Sae di Kabupaten Cirebon Jawa Barat mengatakan stabilnya ekspor mangga gedong gincu periode tahun lalu dibantu dengan adanya hasil produksi di luar musim (offseasson) oleh petani mangga di Wilayah Cirebon.

Dia menuturkan peningkatan ekspor biasanya akan kembali terjadi pada bulan IX atau pada saat produksi mangga gedong gincu lokal mulai panen raya.

“Tahun ini rekayasa produksi di luar musim yang dilakukan petani tidak cukup efektif mendongkrak hasil produksi,” katanya kepada Bisnis, Selasa (5/8/2014).

Hadi mengungkapkan saat ekspor mangga mengalami penurunan pihaknya kini berupaya meningkatkan ekspor komoditi lain seperti jahe, manggis, jambu biji dan rambutan yang didatangkan dari luar Cirebon.

“Selain mangga gedong gincu masih ada beberapa komoditi lain yang cukup diminati negara-negara Asean yang selama ini dijadikan negara tujuan ekspor mangga,” ujarnya.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat terus menggenjot pengembangkan klasterisasi mangga gedong gincu di Cirebon, Indramyu, dan Majalengka.

Kepala Bidang Produksi Hortikultura Diperta Jabar Obas Firmansyah mengatakan komoditas tersebut selama ini memperoleh peringkat pertama di tingkat nasional.

"Kami akan terus meningkatkan produksi komoditas ini agar pendapatan petani bisa terdongkrak, terutama untuk pasar ekspor," katanya.

Dia mengemukakan satu pohon mangga gedong gincu bisa menghasilkan buah hingga 100 kilogram.

Adapun negara tujuan ekspor saat ini didominasi Timur Tengah dan Jepang, namun jumlahnya masih sedikit.

“Mangga jenis ini selain untuk konsumsi langsung, juga dijadikan bahan produksi aneka makanan khas di beberapa negara.”

Secara terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat pada Juli 2014, nilai tukar petani (NTP) hortikultura naik sebesar 1,03% dari 107,97 menjadi 109,09.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Jabar Ruslan mengatakan hal ini disebabkan indeks diterima petani (IT) naik sebesar 0,79%, sedikit lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks dibayar petani (IB) yaitu 0,75%.

"Untuk hortikultura, naiknya IT sangat dipengaruhi oleh kenaikan IT yang antara lain subkelompok sayur-sayuran yang naik sebesar 1,20%, IT subkelompok buah-buahan naik sebesar 2,30%, serta IT subkelompok tanaman obat naik sebesar 0,08%," katanya.

Dari sisi pengeluaran petani hortikultura, lanjutnya, pada IB terjadi kenaikan sebesar 0,75% akibat indeks konsumsi rumah tangga naik 0,84%.

"Demikian juga indeks biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,46%," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper