Bisnis.com, JAKARTA--Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan perlembatan pertumbuhan ekonomk seharusnya membuat Indonesia lebih giat untuk mencari pangsa pasar baru bagi produk ekspornya, terutama selain China dan India.
Selama ini kedua negara itu memang menjadi tujuan ekspor utama.Sepanjang 2014, volume ekspor ke China mencapai 12,64% terhadap total ekspor atau menjadi negara tujuan ekspor terbesar. India ada di posisi ke-4 dengan 7,82%.
"Kita tidak mencari market baru. Market kita hanya Asean plus China yang lain kecil-kecil. Bangladesh, Afrika Selatan, Timur Tengah itu yang belum dijajaki," kata Aviliani.
Dia menilai, dengan pangsa pasar yang lebih luas dan beragam Indonesia bisa meminimalisasi dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Meski demikian, peneliti dari Universitas Indonesia Athor Subroto mengatakan sulit untuk membuka pasar baru yang bisa menyerap produk Indonesia sebesar China dan India. "Sebenarnya ini masalah lebih ke politis juga, tidak ada yang sebesar China dan India," kata Athor, Minggu (3/8/2013).
Dia menggarisbawahi China dan India adalah 2 negara yang masih berani mengimpor batubara dan minyak sawit mentah secara besar-besaran dari Indonesia di tengah isu negatif yang melingkupi 2 komoditas tersebut.
Rizal Affandi Lukman, Deputi Koordinasi Kawasan Ekonomi Kemenko tak menampik perlambatan itu bisa mempengaruhi kinerja ekspor. Namun menurutnya Indonesia masih punya ruang besar untuk menggenjot sumbangsih perdagangan bagi perekonomian dalam negeri.
"Dari sisi perdagangan sebetulnya porsi kita dalam perekonomian itu masih rendah. Ini hanya 24% terhadap GDP, jadi masih banyak ruang yang masih bisa kita tingkatkan," ungkap Rizal. Dia menambahkan, dibandingkan dengan negara Asean lain, sektor perdagangan Indonesia masih rendah.